Laman

Minggu, 21 Agustus 2011

Mutiara Al-Hikam # 6


Tertundanya pemberian setelah engkau mengulang-ulang permintaan, janganlah membuatmu berpatah harapan. Allah menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang Dia pilih buatmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada saat yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau ingini.
PENJELASAN:
Allah menjawab doa para hamba-Nya yang penuh kerinduan dan permohonan yang keluar dari hati yang ikhlas. Memohon pertolongan Allah didorong oleh perintah-Nya untuk kembali kepada-Nya. Maka, waktu dan cara-Nya membalas doa pun tergantung pada-Nya. Yang perlu dilakukan oleh makhluk adalah berdoa, bergantung, dan percaya kepada cara-cara yang sempurna dari Sang Pencipta, karena Dia selalu mengetahui keadaan kita yang sebenarnya, juga pertolongan serta perbekalan apa yang tepat buat kita dalam perjalanan menuju-Nya.
Manusia menghendaki sekarang menanam dan besok mengetam, namun Allah mempunyai sunnah-sunnah. Beberapa hal engkau dapat menanamnya hari ini dan menuainya esok hari, namun pada hal yang lain engkau menanamnya hari ini tetapi tidak memberikan buah kepadamu kecuali setelah lima belas tahun, seperti pohon zaitun. Ada juga sejenis buah yang tidak mungkin jadi kecuali setelah beberapa masa, dan jika engkau tergesa-gesa tidak ada manfaatnya, bahkan jika engkau tergopoh-gopoh agar segera dapat memetik buahnya, terkadang pohonnya akan mati. Bahwa ada sunnah Ilahiyah yang harus kita perhatikan, sebab Allah menjadikan taklif Ilahi berkaitan dengan sebab, dan tidak bertautan dengan hal-hal yang luar biasa.
Seringkali terjadi orang-orang yang beramal untuk kepentingan umum misalnya da'wah, pendidikan, jihad dan politik, lekas-lekas menginginkan buahnya. Ketergesa-gesaan mereka untuk memetik buah itu bukan prinsip bagi kehidupan seorang muslim, sebab buah-buah itu tergantung kepada Allah, dan Allah yang memiliki hak untuk memutuskannya.
Jika kita bekerja untuk kepentingan umum, lalu sering kali kita dapati hasilnya tidak segera terwujud dan acap kali terlambat, maka apakah yang harus kita perbuat dalam kondisi seperti ini? Haruskah kita berputus asa dan meninggalkan pekerjaan tersebut, atau terus bekerja dengan sabar, lantas kita sempurnakan pekerjaan itu dan kita analisis dengan seksama kekurangan atau kelalaian kita? Allah Ta'ala berfirman:
"Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar rabbani. Mereka tidak menjadi lemah lantaran bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh), Allah menyukai orang-orang yang bersabar. Dan tidak ada do'a mereka selain ucapan:"Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang melampaui batas dalam urusan-urusan kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami atas orang-orang kafir."" (Ali Imron: 146-147)