RISALAH TA'ALIM
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada imamnya para muttaqin, pemimpin para mujahid, junjungan kami
Muhammad saw.; sebagai nabi yang ummi. juga semoga tercurahkan kepada keluarga,
sahabat, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya hingga hari Kiamat.
Inilah risalahku untuk ikhwah mujahidin dari kalangan
Ikhwanul Muslimin yang telah beriman kepada keluhuran dakwahnya dan kepada
validitas fikrahnya. Mereka memiliki tekad yang tulus untuk hidup bersamanya
dan mati atas namanya. Kepada mereka sajalah uraian ringkas ini kupersembahkan.
Ia bukan pelajaran-pelajaran yang harus dihafal, tetapi merupakan
petunjuk-petunjuk yang harus diamalkan.
Matilah beraktivitas, wahai saudaraku yang berhati tulus!
"Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata lalu
diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.' ''(At-Taubah: 105)
"Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah
jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalam-jalan
(yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa." (Al-An'am:
153)
Adapun selain mereka, kami sediakan untuknya
ceramah-ceramah, buku-buku, makalah-makalah, dan training-training.
Masing-masing dari mereka memiliki program yang sesuai dengan tuntutannya, dari
semuanya dijanjikan oleh Allah pahala yang baik.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hasan Al-Banna
Wahai ikhwan yang tulus ... !
Rukun bai'at kita ada sepuluh, hafalkanlah: fahm (pemahaman), ikhlas, amal
(aktivitas), jihad, tadhiyah
(pengorbanan), taat (kepatuhan), tsabat (keteguhan), tajarrud (kemurnian),
ukhuwwah, dan tsiqah (kepercayaan).
FAHM
Wahai saudaraku yang tulus ... !
Yang saya maksud dengan fahm (pemahaman) adalah bahwa
engkau yakin bahwa fikrah kita adalah 'fikrah islamiyah yang bersih'. Hendaknya
engkau memahami Islam, sebagaimana kami memahaminya dalam batas-batas ushul al-'isyrin (dua puluh prinsip)
yang sangat ringkas ini:
1. Islam adalah sistem yang menyeluruh, yang
menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah
dari umat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan
undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan
kekayaan jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana juga ia adalah
aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih.
2. Al-Qur'an yang mulia dan Sunah Rasul yang
suci adalah tempat kembali setiap muslim untuk memahami hukum-hukum Islam. Ia
harus memahami Al-Qur'an sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, tanpa takalluf (memaksakan diri) dan ta'assuf (serampangan). Selanjutnya ia
memahami Sunah yang suci melalui rijalul
hadits (perawi hadits) yang terpercaya.
3. Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan
mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang
ditanamkan Allah di hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham,
lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi, ia bukanlah bagian
dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap dalil dengan syarat tidak
bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya.
4. Jimat, mantera, guna-guna, ramalan,
perdukunan, penyingkapan perkara ghaib, dan semisalnya, adalah kemunkaran yang
harus diperangi, kecuali mantera dari ayat Qur'an atau ada riwayat dari Rasulullah
saw.
5. Pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu
yang tidak ada teks hukumnya, tentang sesuatu yang mengandung ragam
interpretasi, dan tentang sesuatu yang membawa kemaslahatan umum, bisa
diamalkan sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syariat. Ia
mungkin berubah seiring dengan perubahan situasi, kondisi, dan tradisi
setempat. Yang prinsip, ibadah itu diamalkan dengan kepasrahan total tanpa
mempertimbangkan makna. Sedangkan dalam urusan selain ibadah (adat-istiadat),
maka harus mempertimbangkan maksud dan tujuannya.
6. Setiap orang boleh diambil atau ditolak
kata-katanya, kecuali Al-Ma'shum (Rasulullah) saw. Setiap yang datang dari
kalangan salaf dan sesuai dengan Kitab dan Sunah, kita terima. Jika tidak
sesuai dengannya, maka Kitabullah dan Sunnah RasulNya lebih utama untuk
diikuti. Namun demikian, kita tidak boleh melontarkan kepada orang-orang -oleh
sebab sesuatu yang diperselisihkan dengannya- kata-kata caci maki dan celaan.
Kita serahkan saja kepada niat mereka, dan mereka telah berlalu dengan
amal-amalnya.
7. Setiap muslim yang belum mencapai kemampuan
telaah terhadap dalil-dalil hukum furu' (cabang), hendaklah mengikuti pemimpin
agama. Meskipun demikian, alangkah baiknya jika -bersamaan dengan sikap
mengikutnya ini- ia berusaha semampu yang ia lakukan untuk mempelajari
dalil-dalilnya. Hendaknya ia menerima setiap masukan yang disertai dengan dalil
selama ia percaya dengan kapasitas orang yang memberi masukan itu. Dan
hendaknya ia menyempurnakan kekurangannya dalam hal ilmu pengetahuan Jika ia
termasuk orang pandai, hingga mencapai derajat pentelaah.
8. Khilaf dalam masalah fiqih furu' (cabang)
hendaknya tidak menjadi faktor pemecah belah dalam agama, tidak menyebabkan
permusuhan dan tidak juga kebencian. Setiap mujtahid mendapatkan pahalanya.
Sementara itu, tidak ada larangan melakukan studi ilmiah yang jujur terhadap
persoalan khilafiyah dalam naungan kasih sayang dan saling membantu karena
Allah untuk menuju kepada kebenaran. Semua itu tanpa melahirkan sikap egois dan
fanatik.
9. Setiap masalah yang amal tidak dibangun di
atasnya -sehingga menimbulkan perbincangan yang tidak perlu- adalah kegiatan
yang dilarang secara syar'i. Misalnya memperbincangkan berbagai hukum tentang
masalah yang tidak benar-benar terjadi, atau memperbincangkan makna ayat-ayat
Al-Qur'an yang kandungan maknanya tidak dipahami oleh akal pikiran, atau
memperbincangkan perihal perbandingan keutamaan dan perselisihan yang terjadi
di antara para sahabat (padahal masing-masing dari mereka memiliki keutamaannya
sebagai sahabat Nabi dan pahala niatnya) Dengan ta'wil (menafsiri baik perilaku
para sahabat) kita terlepas dari persoalan.
10. Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan
penyucian (dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah Islam. Sedangkan mengenai
ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya, serta berbagai keterangan
mutasyabihat yang berhubungan dengannya, kita cukup mengimaninya sebagaimana
adanya tanpa ta'wil dan ta'thil, serta tidak memperuncing perbedaan yang
terjadi di antara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada,
sebagaimana Rasulullah saw. dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya.
"Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata,
'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan
kami."' (Ali lmran: 7)
11. Setiap bid'ah dalam agama Allah yang tidak ada
pijakannya tetapi dianggap baik oleh hawa nafsu manusia, baik berupa penambahan
maupun pengurangan, adalah kesesatan yang wajib diperangi dan dihancurkan
dengan menggunakan cara yang sebaik-baiknya, yang tidak justru menimbulkan
bid'ah lain yang lebih parah.
12. Perbedaan pendapat dalam masalah bid'ah idhafiyah), bid'ah tarkiyah), dan iltizam) terhadap ibadah mutlaqah (yang tidak diterapkan, baik
cara maupun waktunya) adalah perbedaan dalam. masalah fiqih. Setiap orang
mempunyai pendapat sendiri. Namun tidaklah mengapa jika. dilakukan penelitian
untuk mendapatkan hakekatnya dengan dalil dan bukti-bukti.
13. Cinta kepada orang-orang yang shalih,
memberikan penghormatan kepadanya, dan memuji karena perilaku baiknya adalah
bagian dari taqarrub kepada Allah swt. Sedangkan para wali adalah mereka yang
disebut dalam firman-Nya,
"Yaitu orang-orang yang beriman dan
mereka itu bertaqwa."
Karamah pada mereka itu benar terjadi
jika memenuhi syarat-syarat syar'inya. itu semua dengan suatu keyakinan bahwa
mereka -semoga Allah meridhai mereka- tidak memiliki madharat dan manfaat bagi
dirinya, baik ketika masih hidup maupun setelah mati, apalagi bagi orang lain.
14. Ziarah kubur-kubur siapa pun- adalah sunah
yang disyariatkan dengan cara-cara yang diajarkan Rasulullah saw. Akan tetapi,
meminta pertolongan kepada penghuni kubur siapa pun mereka, berdoa kepadanya,
memohon pemenuhan hajat (baik dari jarak dekat maupun dari kejauhan), bernadzar
untuknya, membangun kuburnya, menutupinya dengan satir, memberikan penerangan,
mengusapnya (untuk mendapatkan barakah), bersumpah dengan selain Allah dan
segala sesuatu yang serupa dengannya adalah bid'ah besar yang wajib diperangi.
juga janganlah mencari ta'wil (baca: pembenaran) terhadap berbagai perilaku
itu, demi menutup pintu fitnah yang lebih parah lagi.
15. Doa, apabila diiringi tawasul kepada Allah
dengan salah satu makhluk-Nya adalah perselisihan furu'menyangkut tata cara
berdoa, bukan termasuk masalah aqidah.
16. Istilah ' (keliru) yang sudah mentradisi)
tidak mengubah hakekat hukum syar'inya. Akan tetapi, ia harus disesuaikan
dengan maksud dan tujuan syariat itu, dan kita berpedoman dengannya. Di samping
itu, kita harus berhati-hati terhadap berbagai istilah yang menipu),
yang sering digunakan dalam pembahasan masalah dunia dan agama. lbrah itu ada
pada esensi di balik suatu nama, bukan pada nama itu sendiri
.17. Aqidah adalah pondasi aktivitas; aktivitas hati
lebih penting daripada aktivitas fisik Namun, usaha untuk menyempurnakan
keduanya merupakan tuntutan syariat, meskipun kadar tuntutan masing-masingnya
berbeda.
18. Islam itu membebaskan akal pikiran,
menghimbaunya untuk melakukan telaah terhadap alam, mengangkat derajat ilmu dan
ulamanya sekaligus, dan menyambut hadirnya segala sesuatu yang melahirkan
maslahat dan manfaat. "Hikmah adalah
barang yang hilang milik orang yang beriman (mukmin). Barangsiapa
mendapatkannya, ia adalah orang yang paling berhak atasnya. "
19. Pandangan syar'i dan pandangan logika memiliki
wilayahnya masing-masing yang tidak dapat saling memasuki secara sempurna.
Namun demikian, keduanya tidak pernah berbeda (selalu beririsan) dalam masalah
yang qath'i (absolut) Hakikat ilmiah yang benar tidak mungkin bertentangan dengan
kaidah-kaidah syariat yang tsabitah
(jelas). Sesuatu yang zhanni
(interpretable) harus ditafsirkan agar sesuai dengan yang qath'i. Jika yang
berhadapan adalah dua hal yang sama-sama zhanni, maka pandangan yang syar'i
lebih utama untuk diikuti sampai logika mendapatkan legalitas kebenarannya,
atau gugur sama sekali.
20. Kita tidak mengkafirkan seorang muslim, yang
telah mengikrarkan dua kalimat syahadat, mengamalkan kandungannya, dan
menunaikan kewajiban-kewajibannya, baik karena lontaran pendapat maupun karena
kemaksiatannya, kecuali jika ia mengatakan kata-kata kufur, mengingkari sesuatu
yang telah diakui sebagai bagian penting dari agama, mendustakan secara
terang-terangan Al-Qur'an, menafsirkannya dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan kaidah bahasa Arab, atau berbuat sesuatu yang tidak mungkin
diinterpretasikan kecuali dengan tindakan kufur
Apabila seorang muslim memahami ajaran agamanya dengan
batasan kaidah-kaidah di atas, berarti ia telah mengetahui makna syiarnya:
'Al-Qur'an adalah dustur kami dan Rasul adalah qudwah kami."
IKHLAS
Yang kami kehendaki dengan ikhlas adalah bahwa seorang al-akh muslim dalam setiap kata-kata,
aktivitas, dan jihadnya, semua harus dimaksudkan semata-mata untuk mencari
ridha Allah dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan,
pangkat, gelar, kemajuan, atau keterbelakangan.. Dengan itulah, ia menjadi
tentara fikrah dan aqidah, bukan tentara kepentingan dan ambisi pribadi.
"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup
dan matiku, adalah karena Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu baginya
dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku."' (Al-An'am: 162-1630)
Dengan demikian, pahamlah saudaraku muslim makna slogan
abadinya; Allah tujuan kami, Allah mahabesar, segala puji bagi-Nya.
AMAL
Yang saya maksud dengan amal (aktivitas) adalah bahwa ia
merupakan buah dari ilmu dan keikhlasan.
"Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghailb dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan,"' (At-Taubah:
105)
Adapun tingkatan amal yang dituntut dari seorang akh yang tulus adalah:
1. Perbaikan
diri sendiri, sehingga ia menjadi orang yang kuat fisiknya, kokoh
akhlaknya, luas wawasannya, mampu mencari penghidupan, selamat aqidahnya, benar
ibadahnya, pejuang bagi dirinya sendiri, penuh perhatian akan waktunya, rapi
urusannya, dan bermanfaat bagi orang lain. Itu semua harus dimiliki oleh masing-masing
akh.
2. Pembentukan
keluarga muslim, yaitu dengan mengkondisikan keluarga agar menghargai
fikrahnya, menjaga etika Islam dalam setiap aktivitas kehidupan rumah
tangganya, memilih istri yang baik dan menjelaskan kepadanya hak dan
kewajibannya, mendidik anak-anak dan pembantunya dengan didikan yang baik,
serta membimbing mereka dengan prinsip-prinsip Islam.
3. Bimbingan
masyarakat, yakni dengan menyebarkan dakwah, memerangi perilaku yang kotor
dan munkar, mendukung perilaku utama, amar ma'ruf, bersegera mengerjakan
kebaikan, menggiring opini umum untuk memahami fikrah islamiyah dan mencelup
praktek kehidupan dengannya terus-menerus. Itu semua adalah kewajiban yang
harus ditunaikan oleh setiap akh
sebagai pribadi, juga kewajiban bagi jamaah sebagai institusi yang dinamis.
4. Pembebasan
tanah air dari setiap penguasa. asing -non-Islam- baik secara politik, ekonomi,
maupun moral.
5. Memperbaiki
keadaan pemerintah, sehingga menjadi pemerintah Islam yang baik. Dengan
begitu ia dapat memainkan perannya sebagai pelayan umat dan pekerja yang
bekerja demi kemaslahatan mereka. pemerintah Islam adalah pemerintah yang
anggotanya terdiri dari kaum muslimin yang menunaikan kewajiban-kewajiban
Islam, tidak berterang-terangan dengan kemaksiatan, dan konsisten menerapkan
hukum-hukum serta ajaran Islam.
Tidaklah mengapa menggunakan orang-orang non-Islam -jika
dalam keadaan darurat- asalkan bukan untuk posisi jabatan strategis. Tidak
terlalu penting mengenai bentuk dan nama jabatan itu, selama sesuai dengan
kaidah umum dalam sistem undang-undang Islam, maka boleh.
Beberapa sifat yang dibutuhkan antara lain: rasa tanggung
jawab, kasih sayang kepada rakyat, adil terhadap semua orang, tidak tamak
terhadap kekayaan negara, dan ekonomis dalam penggunaannya
Beberapa kewajiban yang harus ditunaikan antara lain:
menjaga keamanan, menerapkan undang-undang, menyebarkan nilai-nilai ajaran,
mempersiapkan kekuatan, menjaga kesehatan, melindungi keamanan umum,
mengembangkan investasi dan menjaga kekayaan, mengokohkan mentalitas, serta
menyebarkan dakwah.
Beberapa haknya -tentu, jika telah ditunaikan
kewajibannya- antara lain loyalitas dan ketaatan, serta pertolongan terhadap
jiwa dan hartanya.
Apabila ia mengabaikan kewajibannya, maka berhak atasnya
nasehat dan bimbingan, lalu -jika tidak ada perubahan- bisa diterapkan
pemecatan dan pengusiran. Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat
kepada Khaliq.
6. Usaha
mempersiapkan seluruh aset negeri di dunia ini untuk kemaslahatan umat
Islam. Hal demikian itu dilakukan dengan cara membebaskan seluruh negeri,
membangun kejayaannya, mendekatkan peradabannya, dan menyatukan kata-katanya,
sehingga dapat mengembalikan tegaknya kekuasan khilafah yang telah hilang dan
terwujudnya persatuan yang di impi-impikan bersama.
7. Penegakan
kepemimpinan dunia dengan penyebaran dakwah Islam di seantero negeri.
"Sehingga tidak ada lagi fitnah dan agama itu hanya
untuk Allah belaka." (Al-Baqarah: 193)
"Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahaya-Nya." (At-Taubah: 32)
Empat yang terakhir ini wajib ditegakkan oleh jamaah dan
oleh setiap akh sebagai anggota dalam
jamaah itu. Sungguh, betapa besarnya tanggung jawab ini dan betapa agungnya
tujuan ini. Orang melihatnya sebagai khayalan, sedangkan seorang muslim
melihatnya sebagai kenyataan. Kita tidak pernah putus asa meraihnya dan
-bersama Allah- kita memiliki cita-cita luhur.
"Dan Allah berkuasa
terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan orang tidak Mengetahuinya " (Yusuf:
21)
JIHAD
Yang saya maksud dengan jihad adalah sebuah kewajiban
yang tetap hukumnya hingga hari kiamat.
ini merupakan kandungan dari apa yang disabdakan Rasulullah sa.,
"Barangsiapa mati sementara ia belum pernah
berperang atau berniat untuk berperang, ia mati dalam keadaan
jahiliyah."
Peringkat pertama jihad adalah pengingkaran dengan hati,
dari peringkat terakhirnya adalah perang di jalan Allah. Sedangkan antara
keduanya terdapat jihad dengan lisan, pena, tangan, dan kata-kata yang benar di
hadapan penguasa yang zhalim. Tidaklah menjadi hidup, kecuali dengan jihad.
Kadar ketinggian dakwah dan keluasan bentangan ufuknya adalah penentu bagi
sejauhmana keagungan jihad di jalannya dan sejauh mana pula harga yang harus
ditebus untuk mendukungnya. Sedangkan
keagungan pahalanya diberikan kepada para mujahid.
"Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad
yang sebenar-benar." (Al-Hajj: 78)
Dengan demikian engkau telah mengerti slogan abadimu: jihad adalah jalan kami.
TADHHIYAH
Yang saya maksud dengan tadhhiyah (pengorbanan) adalah
pengorbanan jiwa harta, waktu, kehidupan, dan segala sesuatu yang dipunyai oleh
seseorang untuk meraih tujuan. Tidak ada perjuangan didunia ini, kecuali harus
disertai dengan pengorbanan. Demi fikrah kita, janganlah engkau mempersempit
pengorbanan, karena sungguh ia memiliki balasan yang agung dan pahala yang
indah. Barangsiapa bersantai-santai saja ketika bersama kami, maka ia berdosa.
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang
beriman, diri dan harta mereka." (At-Taubah: 111)
"Katakanlah, 'Jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasulnya, dan dari
berjihad di jalan-nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.'
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."
(At-Taubah: 24)
"Jika engkau semua taat, niscaya Allah memberimu
balasan yang baik."
Dengan demikian, engkau telah mengetahui makna slogan
abadimu: gugur dijalan Allah adalah
setinggi-tinggi cita-cita kami.
TAAT
Yang saya kehendaki dengan taat (kepatuhan) adalah
menjalankan perintah dan merealisasikannya dengan serta merta, baik dalam
keadaan sulit maupun mudah, saat bersemangat maupun malas. Demikian itu karena
tahapan dakwah ini ada tiga:
Ta'rif
Dalam tahapan ini dakwah dilakukan dengan menyebarkan
fikrah Islam di tengah masyarakat. Adapun sistem dakwah untuk tahapan ini
adalah sistem kelembagaan. Urgensinya adalah kerja sosial bagi kepentingan
umum, sedangkan medianya adalah nasehat dan bimbingan sekali waktu, dan
membangun berbagai tempat yang berguna di waktu yang lain, juga berbagai media
aktivitas lainnya. Semua syu'bah (cabang) Ikhwan yang ada sekarang adalah
representasi dari tahapan ini dalam kehidupan dakwahnya. Ia terkoordinir dalam
'undang-undang pokok' yang telah disyarah oleh berbagai risalah dan penerbitan
Ikhwan. Dakwah, pada tahapan ini, bersifat umum.
Jamaah menjalin hubungan dengan orang yang ingin
memberikan kontribusi bagi aktivitasnya dan ingin ikut menjaga prinsip-prinsip
ajarannya. Ketaatan yang tanpa reserve -pada tahapan ini- tidaklah dituntut,
bahkan tidak lazim. Tingkatannya seiring dengan kadar penghormatannya kepada
sistem dan prinsip-prinsip umum jamaah.
Takwin
Dalam tahapan ini dakwah ditegakkan dengan melakukan
seleksi terhadap anasir positif untuk memikul beban jihad dan untuk menghimpun
berbagai bagian yang ada. Sistem dakwah -pada tahapan ini- bersifat tasawwuf
murni dalam tataran ruhani, dan bersifat militer dalam tataran operasional. Slogan
untuk dua aspek ini adalah: perintah dan
taat- tanpa ragu dan bimbang, Semua katibah (batalyon) Ikhwan yang ada kini
adalah representasi dari tahapan ini dalam kehidupan dakwahnya. Ia terhimpun
dalam risalah manhaj yang lalu.
Dakwah pada tahapan ini bersifat khusus. Tidak dapat
dikerjakan oleh seseorang kecuali yang memiliki kesiapan secara benar untuk
memikul beban jihad yang panjang masanya dan berat tantangannya. slogan utama
dalam persiapan ini adalah: totalitas
ketaatan.
Tanfidz
Dakwah dalam tahapan ini adalah jihad; tanpa kenal sikap
plin-plan, kerja terus-menerus untuk menggapai tujuan akhir, serta kesiapan
menanggung cobaan dan ujian yang tidak mungkin bersabar atasnya, kecuali
orang-orang yang tulus. Dakwah ini tidaklah dapat meraih keberhasilan, kecuali
dengan "ketaatan yang total" juga. Untuk inilah, shaf pertama
Ikhwanul Muslimin berbai'at pada bulan Rabiul Awal 1359 H.
Dengan bergabungnya kalian dalam katibah ini, dengan
sikap menerima kalian akan risalah ini, dan dengan kesetiaan kalian kepada
bai'at ini, kalian telah berada di tingkatan kedua menuju tingkatan yang
ketiga. Tunaikan tanggung Jawab yang telah dipikulkan kepadamu dan siapkan
dirimu untuk setia kepadanya.
TSABAT
Yang saya kehendaki dengan tsabat (keteguhan) adalah
bahwa seorang akh hendaknya
senantiasa bekerja sebagai mujahid di jalan yang mengantarkan pada tujuan,
betapa pun jauh jangkauannya dan lama waktunya, sehingga bertemu dengan Allah
dalam keadaan demikian, sedangkan ia telah berhasil mendapatkan salah satu dari
dua kebaikan: meraih kemenangan atau syahid di jalan-Nya.
"Di antara orang-orang beriman itu ada orang-orang
yang menepati apa yang telah mereka janjilkan kepada Allah; maka di antara
mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan
mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)," (Al-Ahzab: 23)
Waktu bagi kita adalah bagian dari solusi. Sedangkan
jalan yang akan kami tempuh ini lama masanya, panjang tahapannya, dan banyak
tantangannya. Namun, dialah satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan kepada
tujuan dengan janji imbalan yang besar dan pahala yang indah.
Itu semua karena setiap sarana dakwah kita -yang
berjumlah enam macam- membutuhkan kesiapan yang baik, penetapan waktu yang
tepat, dan pelaksanaan yang cermat. Semua itu sangat dipengaruhi oleh waktu.
"Mereka berkata, 'Kapan itu (akan terjadi)?
'Katakanlah,' Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat." (Al-isra': 51)
TAJARRUD
Yang saya maksud dengan tajarrud (kemurnian) adalah bahwa engkau harus membersihkan pola
pikirmu dari berbagai prinsip nilai lain dan pengaruh individu, karena ia
adalah setinggi-tinggi dan selengkap-lengkap fikrah.
"Shibghah Allah Dan siapakah yang lebih baik
shibghahnya dari pada Allah?" (Al-Baqarah: 138)
"Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik
bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia ketika mereka
berkata kepada kaum mereka, 'Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari
apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata
antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu
beriman kepada Allah saja."' (Al-Mumtahanah: 4)
Manusia, dalam pandangan akh yang tulus adalah salah satu dari enam golongan: muslim yang
pejuang, muslim yang duduk-duduk, muslim pendosa, dzimmi atau muahid (orang
kafir yang terikat oleh perjanjian damai), muhayid
(orang kafir yang dilindungi), atau muharib
(orang kafir yang memerangi). Masing-masing dari mereka memiliki hukumnya
sendiri dalam timbangan Islam. Dalam batas-batas inilah individu atau lembaga
ditimbang; berhakkah ia mendapatkan loyalitas atau sebaliknya: permusuhan?
UKHUWAH
Yang saya
maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan ruhani dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah sekokoh-kokoh ikatan dan semulia-mulianya. Ukhuwah adalah
saudaranya keimanan, sedangkan perpecahan adalah saudara kembarnya kekufuran.
Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan; tidak ada persatuan tanpa
cinta kasih; minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan maksimalnya adalah
itsar (mementingkan orang lain dari diri sendiri).
"Barangsiapa dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Al-Hasyr: 9)
Al-Akh yang tulus melihat saudara-saudaranya yang lain lebih utama daripada
dirinya. sendiri, karena ia, jika tidak bersama mereka, tidak dapat bersama
yang lain. Sementara mereka, jika tidak dengan dirinya, dapat bersama dengan
orang lain. Dan sesungguhnya serigala hanya makan kambing yang terlepas
sendirian. Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan, yang
satu mengokohkan yang lain.
"Orang-orang
mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan, sebagian mereka menjadi
pelindung bagi lainnya.
Demikianlah seharusnya kita.
TSIQAH
Yang saya
maksudkan dengan tsiqah (kepercayaan) adalah rasa puasnya seorang tentara atas
komandannya, dalam hal kapasitas kepemimpinannya maupun keikhlasannya, dengan
kepuasan mendalam yang menghasilkan perasaan cinta, penghargaan, penghormatan,
dan ketaatan.
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap sesuatu keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya." (An-Nisa: 65)
Pemimpin adalah unsur penting dakwah; tidak ada dakwah
tanpa kepemimpinan. Kadar kepercayaan -yang timbal balik antara pemimpin dan
pasukan menjadi neraca yang menentukan sejauhmana kekuatan sistem jamaah,
ketahanan khithahnya, keberhasilannya mewujudkan tujuan, dan ketegarannya
menghadapi berbagai tantangan.
"Maka lebih utama bagi mereka; ketaatan dan
perkataan yang baik."
Kepemimpinan -dalam dakwah Ikhwan- menduduki posisi orang
tua dalam hal ikatan hati, posisi guru dalarn hal fungsi kepengajaran, posisi
syaikh dalam aspek pendidikan ruhani, dan posisi pemimpin dalam aspek penentuan
kebijakan politik secara umum bagi dakwah. Dakwah kami menghimpun pengertian
ini secara keseluruhan, dan tsiqah kepada kepemimpinan adalah segala-galanya
bagi keberhasilan dakwah. Karenanya, akh
yang tulus harus bertanya kepada diri sendiri tentang ini, untuk mengetahui
sejauhmana kepercayaan dirinya terhadap kepemimpinan yang ada:
1. Apakah sejak dahulu ia mengenal pemimpinnya,
apakah pernah mempelajari riwayat hidupnya?
2. Apakah ia percaya kepada kapasitas dan keikhlasannya?
3. Apakah ia siap menganggap semua instruksi -yang
diputuskan oleh pemimpin untuknya, tanpa maksiat tentu- sebagai instruksi yang
harus dilaksanakan tanpa reserve, tanpa ragu, tanpa ditambah dan tanpa
dikurangi, dengan keberanian memberi nasehat dan peringatan untuk tujuan yang
benar?
4. Apakah ia siap untuk menganggap dirinya salah
dan pemimpinnya benar, jika terjadi pertentangan antara apa yang diperintahkan
pemimpin dan apa yang ia ketahui dalam masalah-masalah ijtihadiyah yang tidak
ada teks tegasnya dalam syariat?
5. Apakah ia siap untuk meletakkan seluruh
aktivitas kehidupannya dalam kendali dakwah? Apakah -dalam pandangannya-
pemimpin memiliki hak untuk men-tarjih (menimbang dan memutuskan) antara
kemaslahatan dirinya dan kemaslahatan dakwah secara umum?
Dengan jawaban yang disampaikan atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut atau yang semacamnya, akh dapat mengetahui sejauhmana kadar ikatan dan kepercayaannya
terhadap pemimpin. Adapun hati, ia berada di 'genggaman' Allah; Dia
menggerakkannya sekehendak-Nya.
"Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang
berada di bumi niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah
telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana." (Al-Anfal: 63)
Wahai Ikhwan yang tulus...
Imanmu kepada bai'at ini mengharuskanmu untuk menunaikan
kewajiban-kewajiban berikut, sehingga engkau menjadi 'batu bata' yang kutat
bagi bangunan:
1. Hendaklah engkau memiliki wirid harian dari
Kitabullah tidak kurang dari satu juz. Usahakan untuk mengkhatamkan Al-Qur'an
dalam waktu tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari tiga hati.
2. Hendaklah engkau membaca Al-Qur'an dengan
baik, memperhatikannya dengan seksama, dan merenungkan artinya. Hendaklah
engkau juga mengkaji sirah Nabi dan sejarah para salaf sesuai dengan waktu yang
tersedia. Buku yang dirasa mencukupi kebutuhan ini minimal adalah buku Humatul Islam. Hendaklah engkau juga
banyak membaca hadits Rasul Allah saw., minimal hafal empat puluh hadits;
ditekankan untuk Al-Arba'in AnNawawiyah.
Dan hendaklah engkau mengkaji risalah tentang pokok-pokok aqidah dan
cabang-cabang fiqih.
3. Hendaklah engkau bersegera melakukan general
check up secara berkala atau berobat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Di
samping itu perhatikanlah faktor-faktor penyebab kekuatan dan perlindungan
tubuh, dan hindarilah faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan.
4. Hendaklah engkau menjauhi berlebihan dalam
menkonsumsi kopi, teh, dan minuman perangsang semisalnya, janganlah engkau
meminumnya kecuali dalam keadaan darurat, dan hendaklah engkau menghindar sama
sekali dari rokok.
5. Hendaklah engkau perhatikan urusan
kebersihan dalam segala hal, menyangkut: tempat tinggal, pakaian, makanan,
badan, dan tempat kerja, karena agama ini dibangun di atas dasar kebersihan.
6. Hendaklah engkau jujur dalam berkata, jangan
sekali-kali berdusta.
7. Hendaklah engkau menepati janji, janganlah
mengingkarinya, betapa pun kondisi yang engkau hadapi.
8. Hendaklah engkau pemberani dan tahan uji.
Keberanian yang paling utama adalah terus-terang dalam mengatakan kebenaran,
ketahanan menyimpan rahasia, berani mengakui kesalahan, adil terhadap diri
sendiri, dan dapat menguasainya dalam keadaan marah sekalipun.
9. Hendaklah engkau senantiasa bersikap tenang
dan berkesan serius. Namun janganlah keseriusan itu menghalangimu dari canda
yang benar, senyum, dan tawa.
10. Hendaklah engkau memiliki rasa malu yang kuat,
berperasaan sensitif, sangat mudah terpengaruh (peka) oleh kebaikan dan
keburukan; yakni munculnya rasa bahagia untuk yang pertama dan rasa tersiksa
untuk yang kedua. Hendaklah pula engkau rendah hati tanpa menghina diri,
bersikap taklid (yes man), dan terlalu berlunak hati. Dan hendaklah engkau
memuntat -dari orang lain- lebih rendah dari martabatmu untuk mendapatkan martabarmu
yang sesungguhnya.
11 . Hendaklah engkau bersikap adil dan benar dalam
memutuskan suatu perkara, pada setiap situasi. janganlah kemarahan melalaikanmu
untuk berbuat kebaikan, janganlah mata keridhaan engkau pejamkan dari perilaku
yang buruk, janganlah permusuhan membuatmu lupa dari pengakuan jasa baik, dan
hendaklah engkau berkata benar meskipun itu merugikanmu atau merugikan orang
yang paling dekat denganmu.
12. Hendaklah engkau menjadi pekerja keras (work aholic) dan terlatih dalam
menangani aktivitas sosial. Hendaklah engkau merasa bahagia jika dapat
mempersembahkan bakti untuk orang lain, gemar membesuk orang sakit, membantu
orang yang membutuhkan, menanggung orang yang lemah, meringankan beban orang
yang tertimpa musibah meskipun hanya dengan kata-kata yang baik, dan senantiasa
bersegera berbuat kebaikan.
13. Hendaklah engkau berhad kasih, dermawan,
toleran, pemaaf, lemah lembut kepada manusia maupun binatang, berperilaku baik
dalarn berhubungan dengan semua orang, menjaga etika-etika sosial Islam,
menyayangi yang kecil dan menghormati yang besar, memberi tempat kepada orang
lain dalam majelis, tidak memata-matai, tidak menggunjing, tidak mengumpat,
meminta izin jika masuk maupun keluar rumah, dan lain-lain.
14. Hendaklah engkau pandai membaca dan menulis,
memperbanyak menelaah terhadap risalah Ikhwan, koran, majalah, dan tulisan
lainnya. Hendaklah engkau membangun perpustakaan khusus, seberapa pun
ukurannya; konsentrasi terhadap spesifikasi keilmuan dan keahlianmu jika engkau
seorang Spesialis; menguasai persoalan Islam secara umum penguasaan yang
membuatnya dapat membangun persepsi yang baik untuk menjadi referensi bagi
pemahaman terhadap tuntutan fikrah.
15. Hendaklah engkau memiliki proyek usaha ekonomi
betapapun kayanya engkau, utamakan proyek mandiri betapapun kecilnya, dan
cukupkanlah dengan apa yang ada pada dirimu betapa pun tingginya kapasitas
keilmuanmu.
16. Janganlah engkau terlalu berharap untuk
menjadi pegawai negeri dan jadikanlah ia sesempit-sempit pintu rezeki. Namun
jangan engkau tolak, jika diberi peluang untuk itu. janganlah engkau
melepaskannya, kecuali jika ia benar-benar bertentangan dengan tugas-tugas
dakwahmu.
17. Hendaklah engkau perhatikan penunaian
tugas-tugasmu; bagaimana kualitasnya dan kecermatannya, jangan mempu, dan
hendaklah menepati kesepakatan.
18. Hendaklah engkau memenuhi hakmu dengan baik
dan memenuhi hak-hak orang lain dengan sempurna, tanpa dikurangi dan
berlebihan; janganlah pula engkau menunda-nunda pekerjaan.
19. Hendaklah engkau menjauhkan judi dengan segala
macamnya, betapapun maksud di baliknya; dan hendaklah engkau menjauhi mata
pencaharian yang haram, betapapun keuntungan besar yang ada di baliknya.
20. Hendaklah engkau menjauh dari riba dalam
setiap aktivitasmu, dan sucikan ia dari riba sama sekali.
21. Hendaklah engkau memelihara kekayaan umat
Islam secara umum dengan mendorong berkembangnya pabrik-pabrik dan
proyek-proyek ekonomi Islam. Hendaklah engkau juga menjaga setiap keping mata
uang agar tidak jatuh ke tangan orang non-Islam dalam keadaan bagaimanapun.
jangan berpakaian dan jangan makan kecuali dari produk negerimu yang Islam.
22. Hendaklah engkau memiliki kontribusi finansial
dalam dakwah, engkau tunaikan kewajiban zakatmu, dan jadikan sebagian dari
hartamu itu untuk orang yang meminta dan orang yang kekurangan, betapa pun
kecil penghasilanmu.
23. Hendaklah engkau menyimpan sebagian dari
penghasilanmu untuk persediaan masa-masa sulit, betapa pun sedikit, dan jangan
sekali-kali menyusahkan dirimu untuk mengejar kesempurnaan.
24. Hendaklah engkau bekerja -semampu yang engkau
bisa lakukan- untuk menghidupkan tradisi Islam dan mematikan tradisi asing
dalam setiap aspek kehidupanmu. Misalnya ucapan salam, bahasa, sejarah,
pakaian, perabot rumab tangga, cara. kerja dan istirahat, cara makan dan minum,
cara datang dan pergi, serta gaya. melampiaskan rasa suka dan duka. Hendaklah
engkau menjaga. sunah dalam setiap aktivitas tersebut.
25. Hendaklah engkau memboikot peradilan-peradilan
setempat atau seluruh peradilan yang tidak islami. Demikian juga
gelanggang-gelanggang, penerbitan-penerbitan, organisasi-organisasi,
sekolah-sekolah, dan segenap institusi yang tidak mendukung fikrahmu secara
total.
26. Hendaklah engkau senantiasa merasa diawasi
oleh Allah, mengingat akhirat, dan bersiap-siap untuk menjemputnya, mengambil
jalan pintas untuk menuju ridha Allah dengan tekad yang kuat, mendekatkan diri
kepada-Nya dengan ibadah sunah, seperti: shalat malam, puasa tiga hari
-minimal- setiap bulan, memperbanyak dzikir (hati dan lisan), dan berusaha mengamalkan
doa yang diajarkan pada setiap kesempatan.
27. Hendaklah engkau bersuci dengan baik dan
usahakan untuk senantiasa dalam keadaan berwudhu di sebagian besar waktumu.
28. Hendaklah engkau shalat dengan baik dan
senantiasa tepat waktu dalam menunaikannya. Usahakan untuk senantiasa berjamaah
di masjid jika itu mungkin dilakukan.
29. Hendaklah engkau berpuasa Ramadhan dan berhaji
dengan baik, jika engkau mampu melakukannya. Kerjakanlah sekarang juga jika
engkau telah mampu.
30. Hendaklah engkau senantiasa menyertai dirimu
dengan niat jihad dan cinta mati syahid, Bersiaplah untuk itu, kapan saja
kesempatannya tiba.
31. Hendaklah engkau senantiasa memperbarui taubat
dan istighfarmu, dan berhati-hatilah terhadap dosa yang kecil, apalagi dosa
yang besar. Sediakan -untuk dirimu- beberapa saat sebelum tidur untuk
introspeksi diri terhadap apa-apa vang telah engkau lakukan, yang baik maupun
yang buruk. Perhatikan waktumu, karena waktu adalah kehidupan itu sendiri.
janganlah engkau pergunakan ia -sedikit pun- tanpa guna, dan janganlah engkau
ceroboh terhadap hal-hal yang syubhat agar tidak jatuh ke dalam kubangan yang
haram.
32. Hendaklah engkau berjuang meningkatkan
kapasitasmu dengan sungguh-sungguh agar engkau dapat menerima tongkat
kepemimpinan. Hendaklah engkau menundukkan pandanganmu, menekan emosimu, dan
memotong habis selera-selera rendah dari jiwamu, bawalah ia hanya untuk
menggapai yang halal dan baik, dan hijabilah ia dari yang haram, dalam keadaan
bagaimanapun.
33. Hendaklah engkau jauhi khamer dan seluruh
makanan atau minuman yang memabukkan sejauh-jauhnya.
34. Hendaklah engkau menjauh dari pergaulan dengan
orang jahat dan persahabatan dengan orang yang rusak, serta jauhilah
tempat-tempat maksiat.
35. Hendaklah engkau perangi tempat-tempat iseng;
jangan sekali-kali mendekatinya, dan hendaklah engkau jauhi gaya hidup mewah
dan bersantal-santai.
36. Hendaklah engkau mengetahui anggota katibah-mu
satu persatu dengan pengetahuan yang lengkap, juga kenalkan dirimu kepada
mereka dengan selengkapnya. Tunaikan hak-hak ukhuwah mereka dengan seutuhnya;
hak kasih sayang, penghargaan. pertolongan, dan itsar. Hendaklah engkau
senantiasa hadir di majelis mereka dan tidak absen, kecuali karena udzur
darurat, dan pegang teguhlah sikap itsar dalam pergaulanmu dengan mereka.
37. Hendaklah engkau hindari hubungan dengan
organisasi atau jamaah apapun sekiranya hubungan itu tidak membawa maslahat
bagi fikrahmu, terutama jika diperintahkan untuk itu.
38. Hendaklah engkau menyebarkan dakwahmu di mana
pun dan memberi informasi kepada pemimpin tentang segala kondisi yang
melingkupimu. janganlah engkau berbuat sesuatu yang berdampak strategis,
kecuali dengan seizinnya. Hendaklah senantiasa engkau menempatkan dirimu
sebagai 'tentara yang berada di tangsi, yang tengah menanti instruksi komandan.
Wahai Ikhwan yang tulus ... !
Inilah bingkai global dakwahmu dan penjelasan ringkas
fikrahmu. Engkau dapat menghimpun prinsip-prinsip ini dalam lima slogan: Allah ghayatuna (Allah adalah tujuan
kami), Ar-Rasul qudwatuna (Rasul
adalah teladan kami), Al-Qur'an
syir'atuna (Qurban adalah undang-undang kami), Al-Jihad sabiluna (jihad adalah jalan kami), dan Asy-Syahadah umniyyatuna (Mati syahid
adalah cita-cita kami).
Engkau pun juga bisa menghimpunnya dalam berbagai kata
berikut: kesederhanaan, tilawah, shalat, keprajuritan, dan akhlak.
Cengkeramlah secara sungguh-sungguh bimbingan ini. Jika
tidak demikian maka engkau akan jatuh dalam barisan qa'idin (yang duduk-duduk santai) yang akan mengantarkanmu menjadi
pemalas dan tukang iseng.
Saya yakin, jika engkau mengetahuinya dengan baik dan'
engkau menjadikannya cita-cita dan orientasi hidupmu, maka balasanmu adalah
kehormatan hidup di dunia dan kebajikan serta ridha di akhirat. Engkau adalah
bagian dari kami dan kami bagian darimu. Jika engkau berpaling darinya lalu
duduk-duduk santai saja, maka tiada lagi hubungan antara kita. Jika engkau
seseorang yang biasa berada di depan dalam majelis kita, di pundakmu tertempel
gelar-gelar mentereng, dan kau tampak begitu menonjol di antara kita, maka dudukmu
akan dihisab oleh Allah dengan seberat-berat hisab. Maka pilihlah kedudukan
untuk dirimu yang pas, niscaya kami memohonkan kepada Allah -untuk kami dan
untukmu- hidayah dan taufik-Nya.
"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih?
(Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah
dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jilka kamu
mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke
tempat tinggal yang baik di dalam surga 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar.
Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah
dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang beriman. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata
kepada pengikut-pengikutnya yang setia, 'Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongmu (untuk menegakkan agama) Allah?'Lalu segolongan dari kaum
Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir, maka Kami berikan
kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu
mereka menjadi orang-orang yang menang." (Ash-Shaff: 10-14)
Wassalamu'alaikurn warahmatullahi wabarakatuh.