KEKUATAN SEPENUH HATI
Oleh:
Prof. Roy Sembel (Smart_WISDOM@ yahoogroups. com)
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta
Sandra Sembel, pemerhati dan praktisi pengembangan SDM
(ssembel@yahoo. com)
Oleh:
Prof. Roy Sembel (Smart_WISDOM@ yahoogroups. com)
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta
Sandra Sembel, pemerhati dan praktisi pengembangan SDM
(ssembel@yahoo. com)
Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan nama: nama baik, nama buruk, nama harum dan nama busuk. Yang mana yang kira-kira akan Anda tinggalkan? Pernahkah terpikirkan oleh Anda? Lalu apa hubungan hal ini dengan judul artikel kali ini? Ya, salah satu cara untuk meninggalkan nama baik adalah dengan memanfaatkan kekuatan sepenuh hati secara konsisten di setiap pekerjaan yang kita lakukan dimanapun kita berada. Simak yang berikut.
Manfaat Sepenuh Hati
Apa manfaatnya bagi kita dan orang-orang di sekitar kita jika kita melakukan pekerjaan kita dengan sepenuh hati?
Kualitas prima. Siapa yang tidak kenal dengan Mozart, si genius dalam musik klasik yang karyanya sampai saat inipun masih bisa dimainkan dan dinikmati banyak orang di seluruh dunia. Menjelang akhir hidupnya, ia kehilangan penglihatannya. Namun, karena ia selalu melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati, ia pantang menyerah. Ia tetap berkarya, dan hasilnyapun luar biasa. Jadi, bisa kita lihat bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan sepenuh hati pastinya akan membuahkan hasil yang `sepenuh hati' juga, yaitu hasil yang terbaik yang bisa kita persembahkan.
Layanan prima. Lain Mozart, lain pula dengan Ibu Teresa dan Florence Nightingale. Kedua ibu ini juga mendedikasikan seluruh hidup mereka dengan sepenuh hati untuk melayani banyak orang. Ibu Teresa melayani kaum papa di Asia Selatan, sedangkan suster Florence memberikan perawatan kepada para korban yang luka dalam perang. Dengan kesungguhan mereka memberikan layanan, mereka berhasil membuat perubahan di dunia yang mereka layani. Mereka juga berhasil mengukir `nama baik' karena layanan sepenuh hati yang mereka berikan.
Solusi prima. Bagaimana dengan Thomas Alva Edison si penemu bola lampu listrik? Tahukah Anda berapa kali percobaan yang harus ia lewati untuk sampai pada penemuan spektakuler tersebut. Ya, Anda benar, ia harus melewati bukan 10 kali kegagalan, bukan juga 100 kali kegagalan, tetapi mendekati 1000 kegagalan dulu sebelum akhirnya berhasil. Ia belum puas ketika belum menemukan solusi yang terbaik dari apa yang dicarinya. Keinginannya untuk bekerja sepenuh hati inilah yang mampu mendorongnya untuk terus berusaha dan bangkit kembali dari kegagalan, serta bertahan sampai solusi terbaik ditemukan. Ternyata keberhasilan ini tidak hanya bisa dimanfaatkan oleh dirinya sendiri, tetapi oleh semua orang diseluruh dunia.
Kepuasan prima. Siapa yang senang jika pekerjaan yang dilakukan dengan sepenuh hati berhasil dengan baik? Pastinya tidak hanya orang lain saja yang puas menikmati hasil karya kita tersebut, tetapi terutama adalah diri kita sendiri. Kita akan bangga dan puas melihat hasil karya kita dan melihat orang lain puas menikmati hasil karya kita. Kepuasan inilah yang bisa menjadi `vitamin' dan penambah semangat untuk melakukan pekerjaan berikutnya dengan sepenuh hati juga. Kepuasan ini juga mendorong orang lain untuk `mencari' kita dan `mengandalkan' kita dalam segala hal yang kita lakukan.
Keuntungan prima. Sebuah tayangan televisi swasta tentang sebuah rumah makan yang menyajikan sop kepala ikan di Singapura memperlihatkan wawancara televisi tersebut dengan si pemilik restoran. Sang pemilik mengatakan bahwa ia sendiri memang sangat menyukai sop ikan, namun sop ikan yang selama ini ia temukan tidak pas di lidah. Sehingga ia akhirnya mencoba menemukan resep sop ikan sendiri yang sesuai dengan apa yang diinginkannya dan dibayangkannya sebagai sop yang palin enak. Lalu, iapun melakukan berpuluh-puluh kali percobaan guna mendapatkan resep yang paling enak. Akhirnya begitu resep didapatkan, ia mulai mencoba dan menawarkan pada pelanggan. Hasilnya, pelanggan puas, dan menjadi pelanggan loyal. Bahkan para pelanggan tersebut juga membawa pelanggan lain untuk mencoba sop ikan di restoran ini. Tentu saja hal ini meningkatkan keuntungan si pemilik restoran, sehingga ia harus menambah jam layanan dan menambah pegawai untuk melayani para tamu yang datang.
Bagaimana bekerja dengan sepenuh hati
Jika And sudah mengetahui beberapa manfaat utama dari bekerja dengan sepenuh hati, dan ingin mulai melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati, lalu bagaimana caranya?
Tujuan. Untuk melakukan pekerjaan sepenuh hati, kita perlu tahu dengan rinci apa hasil akhir yang ingin kita dapatkan dari tiap pekerjaan yang kita jalankan. Jika kita akan memulai usaha di bidang makanan, makanan apa yang akan kita sajikan, suasana yang bagaimana yang akan kita bangun, siapa yang akan kita layani, apa yang mereka sukai. Semakin rinci tujuan dari tiap pekerjaan tersebut, semakin baik, karena semakin jelas bagi kita untuk melakukan persiapan dan memilih strategi yang tepat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan hasil yang spektakuler.
Ketulusan. Yang sangat penting untuk dimiliki dalam melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati adalah ketulusan. Jika kita tidak bisa tulus dalam melakukan pekerjaan, sebaiknya kita tidak melakukan pekerjaan tersebut dan mencari pekerjaan lain yang bisa kita lakukan dengan ketulusan. Ketulusan membuat kita mampu bertahan terhadap berbagai kritik pedas dan mengubahnya menjadi masukan bermanfaat. Ketulusan juga membuat kita mampu menghadapi berbagai kendala dan kegagalan dan mengubahnya menjadi pelajaran menuju sukses. Jadi, pastikan dalam tiap pekerjaan, kita melakukannya dengan tulus.
Persiapan. Selanjutnya, jika kita bekerja dengan sepenuh hati, pasti kita punya keinginan untuk mempersembahkan hasil karya terbaik. Hasil karya terbaik membutuhkan persiapan yang seksama dan matang. Persiapan tidak hanya menyangkut persiapan fisik, sarana dan prasarana, tetapi terutama adalah persiapan non-fisik, seperti pengetahuan, keterampilan, sikap mental dan emosional. Persiapan ini sangat penting karena merupakan `peluru' kita dalam mebidik sukses. Walaupun kita sudah membidik dengan benar, namun jika tidak ada peluru, sia-sia saja. Peluru ini senantiasa harus diperbaharui dan ditingkatkan agar hasil bidikan berikutnya menjadi lebih baik dan lebih mantap dari yang sebelumnya.
Semangat. Hal berikut yang perlu kita perhatikan dalam melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati adalah `passion' atau semangat yang berbaur dengan kecintaan pada tiap pekerjaan yang kita jalankan. Namun tidak selalu kita mendapatkan pekerjaan yang sepertinya kita sukai. Jadi, begitu kita harus melakukan sesuatu, coba temukan hal-hal yang bisa kita sukai/minati, sehingga kita akan dengan senang hati melakukannya. Jika kita mendapat tugas ke luar kota, dan ternyata tugas tersebut sepertinya tidak menarik, mungkin kita bisa memikirkan manfaat dari tugas tersebut, baik bagi diri sendiri (menambah pengalaman, pengetahuan dan keterampilan) , maupun dampak positif tugas tersebut bagi orang lain. Ini perlu untuk membangkitkan rasa cinta dan semangat terhadap pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan dengan sepenuh hati dengan semangat dan kecintaan yang tinggi akan memberikan hasil yang luar biasa.
Nah, apakah Anda sudah melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Anda dengan sepenuh hati atau masih separuh hati? Mungkin sudah saatnya Anda mencoba melakukan perubahan dengan menerapkankekuatan bekerja sepenuh hati. Sukses untuk Anda.
Manfaat Sepenuh Hati
Apa manfaatnya bagi kita dan orang-orang di sekitar kita jika kita melakukan pekerjaan kita dengan sepenuh hati?
Kualitas prima. Siapa yang tidak kenal dengan Mozart, si genius dalam musik klasik yang karyanya sampai saat inipun masih bisa dimainkan dan dinikmati banyak orang di seluruh dunia. Menjelang akhir hidupnya, ia kehilangan penglihatannya. Namun, karena ia selalu melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati, ia pantang menyerah. Ia tetap berkarya, dan hasilnyapun luar biasa. Jadi, bisa kita lihat bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan sepenuh hati pastinya akan membuahkan hasil yang `sepenuh hati' juga, yaitu hasil yang terbaik yang bisa kita persembahkan.
Layanan prima. Lain Mozart, lain pula dengan Ibu Teresa dan Florence Nightingale. Kedua ibu ini juga mendedikasikan seluruh hidup mereka dengan sepenuh hati untuk melayani banyak orang. Ibu Teresa melayani kaum papa di Asia Selatan, sedangkan suster Florence memberikan perawatan kepada para korban yang luka dalam perang. Dengan kesungguhan mereka memberikan layanan, mereka berhasil membuat perubahan di dunia yang mereka layani. Mereka juga berhasil mengukir `nama baik' karena layanan sepenuh hati yang mereka berikan.
Solusi prima. Bagaimana dengan Thomas Alva Edison si penemu bola lampu listrik? Tahukah Anda berapa kali percobaan yang harus ia lewati untuk sampai pada penemuan spektakuler tersebut. Ya, Anda benar, ia harus melewati bukan 10 kali kegagalan, bukan juga 100 kali kegagalan, tetapi mendekati 1000 kegagalan dulu sebelum akhirnya berhasil. Ia belum puas ketika belum menemukan solusi yang terbaik dari apa yang dicarinya. Keinginannya untuk bekerja sepenuh hati inilah yang mampu mendorongnya untuk terus berusaha dan bangkit kembali dari kegagalan, serta bertahan sampai solusi terbaik ditemukan. Ternyata keberhasilan ini tidak hanya bisa dimanfaatkan oleh dirinya sendiri, tetapi oleh semua orang diseluruh dunia.
Kepuasan prima. Siapa yang senang jika pekerjaan yang dilakukan dengan sepenuh hati berhasil dengan baik? Pastinya tidak hanya orang lain saja yang puas menikmati hasil karya kita tersebut, tetapi terutama adalah diri kita sendiri. Kita akan bangga dan puas melihat hasil karya kita dan melihat orang lain puas menikmati hasil karya kita. Kepuasan inilah yang bisa menjadi `vitamin' dan penambah semangat untuk melakukan pekerjaan berikutnya dengan sepenuh hati juga. Kepuasan ini juga mendorong orang lain untuk `mencari' kita dan `mengandalkan' kita dalam segala hal yang kita lakukan.
Keuntungan prima. Sebuah tayangan televisi swasta tentang sebuah rumah makan yang menyajikan sop kepala ikan di Singapura memperlihatkan wawancara televisi tersebut dengan si pemilik restoran. Sang pemilik mengatakan bahwa ia sendiri memang sangat menyukai sop ikan, namun sop ikan yang selama ini ia temukan tidak pas di lidah. Sehingga ia akhirnya mencoba menemukan resep sop ikan sendiri yang sesuai dengan apa yang diinginkannya dan dibayangkannya sebagai sop yang palin enak. Lalu, iapun melakukan berpuluh-puluh kali percobaan guna mendapatkan resep yang paling enak. Akhirnya begitu resep didapatkan, ia mulai mencoba dan menawarkan pada pelanggan. Hasilnya, pelanggan puas, dan menjadi pelanggan loyal. Bahkan para pelanggan tersebut juga membawa pelanggan lain untuk mencoba sop ikan di restoran ini. Tentu saja hal ini meningkatkan keuntungan si pemilik restoran, sehingga ia harus menambah jam layanan dan menambah pegawai untuk melayani para tamu yang datang.
Bagaimana bekerja dengan sepenuh hati
Jika And sudah mengetahui beberapa manfaat utama dari bekerja dengan sepenuh hati, dan ingin mulai melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati, lalu bagaimana caranya?
Tujuan. Untuk melakukan pekerjaan sepenuh hati, kita perlu tahu dengan rinci apa hasil akhir yang ingin kita dapatkan dari tiap pekerjaan yang kita jalankan. Jika kita akan memulai usaha di bidang makanan, makanan apa yang akan kita sajikan, suasana yang bagaimana yang akan kita bangun, siapa yang akan kita layani, apa yang mereka sukai. Semakin rinci tujuan dari tiap pekerjaan tersebut, semakin baik, karena semakin jelas bagi kita untuk melakukan persiapan dan memilih strategi yang tepat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan hasil yang spektakuler.
Ketulusan. Yang sangat penting untuk dimiliki dalam melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati adalah ketulusan. Jika kita tidak bisa tulus dalam melakukan pekerjaan, sebaiknya kita tidak melakukan pekerjaan tersebut dan mencari pekerjaan lain yang bisa kita lakukan dengan ketulusan. Ketulusan membuat kita mampu bertahan terhadap berbagai kritik pedas dan mengubahnya menjadi masukan bermanfaat. Ketulusan juga membuat kita mampu menghadapi berbagai kendala dan kegagalan dan mengubahnya menjadi pelajaran menuju sukses. Jadi, pastikan dalam tiap pekerjaan, kita melakukannya dengan tulus.
Persiapan. Selanjutnya, jika kita bekerja dengan sepenuh hati, pasti kita punya keinginan untuk mempersembahkan hasil karya terbaik. Hasil karya terbaik membutuhkan persiapan yang seksama dan matang. Persiapan tidak hanya menyangkut persiapan fisik, sarana dan prasarana, tetapi terutama adalah persiapan non-fisik, seperti pengetahuan, keterampilan, sikap mental dan emosional. Persiapan ini sangat penting karena merupakan `peluru' kita dalam mebidik sukses. Walaupun kita sudah membidik dengan benar, namun jika tidak ada peluru, sia-sia saja. Peluru ini senantiasa harus diperbaharui dan ditingkatkan agar hasil bidikan berikutnya menjadi lebih baik dan lebih mantap dari yang sebelumnya.
Semangat. Hal berikut yang perlu kita perhatikan dalam melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati adalah `passion' atau semangat yang berbaur dengan kecintaan pada tiap pekerjaan yang kita jalankan. Namun tidak selalu kita mendapatkan pekerjaan yang sepertinya kita sukai. Jadi, begitu kita harus melakukan sesuatu, coba temukan hal-hal yang bisa kita sukai/minati, sehingga kita akan dengan senang hati melakukannya. Jika kita mendapat tugas ke luar kota, dan ternyata tugas tersebut sepertinya tidak menarik, mungkin kita bisa memikirkan manfaat dari tugas tersebut, baik bagi diri sendiri (menambah pengalaman, pengetahuan dan keterampilan) , maupun dampak positif tugas tersebut bagi orang lain. Ini perlu untuk membangkitkan rasa cinta dan semangat terhadap pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan dengan sepenuh hati dengan semangat dan kecintaan yang tinggi akan memberikan hasil yang luar biasa.
Nah, apakah Anda sudah melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Anda dengan sepenuh hati atau masih separuh hati? Mungkin sudah saatnya Anda mencoba melakukan perubahan dengan menerapkankekuatan bekerja sepenuh hati. Sukses untuk Anda.