Sahabat Mujahid Dakwah dan Tarbiyah, manusia di negara kita banyak yang telah kehilangan identitas dan jati dirinya. Hanya saja, usaha-usaha di bidang peradaban ini boleh di bilang mengalami kegagalan sejak reformasi 98 digulirkan. Barangkali, diantara penyebab utamanya adalah ketidakmampuan mengembalikan kapabilitas peradaban yang seharusnya dimiliki individu dan sosial, sesuai dengan persepsi Islami, serta bangunan sejarah dan kejiwaan seorang Muslim. Dimana sudah jelas bahwa peradaban ini harus dibangun 'Atas berkat Rahmat Allah' sebagaimana yang dirumuskan oleh para mujahid pendiri negara ini dalam Pembukaan UUD 45. Sehingga nilai dan arah pembangunan peradaban tidak lain agar Negara dan Bangsa Indonesia ini dirahmati oleh Allah.
Kita mengakui keunggulan peradaban Barat pada aspek materi, sehingga mereka menguasai kendali kekuatan dan kekayaan materi. Hanya saja, kita tidak menganggap peradaban Barat dengan semua dimensinya sebagai contoh yang hendak kita tiru.
Proyek peradaban kita berpijak pada pandangan yang terpadu, yang memerhatikan urusan-urusan manusia, sebagaimana ia memerhatikan urusan alam semesta dan kehidupan, mengaitkan semua itu dengan Rabb manusia, Pencipta alam semesta, Pemberi kehidupan, tanpa melebih-lebihkan dan tanpa mengurangi. Sehingga para mujahid pendiri negara ini merumuskan nilai yang disepakati sebagai pijakan dalam arah pembangunan bangsa dan negara Indonesia ke depan agar menjadi negara yang sehat dan kuat.
Nilai pertama yang dirumuskan adalah nilai ketuhanan yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya * Piagam Jakarta). Artinya semua komponen bangsa harus diarahkan dan dilindungi pelaksanaan nilai pertama ini dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan syariatnya masing-masing sebagaimana tujuan Pemerintahan Negara Indonesia ini dibentuk yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Disamping itu para penyelenggara negara juga harus bisa menjadi contoh dan tauladan dalam penerapan nilai ini. Bukan sebaliknya, justru penguasa dengan pengaruh dan order dari luar menuduh para dai dan orang-orang muslim yang taat sebagai tetoris.
Jika nilai pertama sudah dilaksanakan sehingga bangsa Indonesia ini mengenal Tuhannya dan tidak ada lagi yang mengaku atau bersikap sebagai tuhan bagi yang lain, maka nilai kedua baru bisa ditumbuhkan yaitu nilai Kemanusiaan yang dirumuskan oleh para mujahid pendiri bangsa ini dengan kalimat 'Kemanusiaan yang adil dan beradab'. Insaniyatul insan dalam materi tarbiyah kita adalah dalam rangka mewujudkan nilai kedua ini yaitu memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang adil dengan kebenaran yang dibawa dan memiliki peradaban yang unggul karena tidak seperti atau menjadi binatang atau lebih sesat lagi dari binatang.
Alangkah panjang untuk menguraikan hal ini, mohon maaf jika sampai disini dulu penjelasan arah peradaban kita. Moga tetap semangat dalam dakwah dan tarbiyah.