Kalah dalam sebuah pertempuran adalah hal biasa bagi seorang pejuang, namun dengan keyakinan yang utuh dia akan memenangkan peperangan di akhir perjuangannya. Pilkada bahkan pilpres sekalipun bukanlah segala-galanya dalam sebuah jamaah dakwah, karena amaliyah harian jamaah ini adalah dakwah mengajak manusia kepada Allah, Allah itulah yang dimaksud dan keridhoan-Nya yang diharapkan.
Kekalahan Pilkada DKI harus menjadi pelajaran berharga bahwa "bukti karya nyata lebih bisa berbicara dan menarik masa ketimbang untaian ribuan kata-kata". Jokowi di masyarakat solo dan Jawa Tengah pada umumnya sudah dikenal begitu memasyarakat dengan tampilan sederhana apalagi bagi wong cilik. Dan bukti ini sudah cukup sebagai alasan sebagaian pemilih untuk menjatuhkan pilihannya pada Jokowi. Maka bagi aktifis dakwah yang terjun di politik harus lah mengoreksi diri jangan sampai perubahan gaya hidup karena jabatan anggota dewan dan jabatan publik lainnya justru jadi bumerang bagi dakwah itu sendiri.
Saya sendiri sudah muak melihat aktivis dakwah yang berubah gaya hidup mewah setelah jadi anggota dewan dengan alasan 'menyesuaikan diri dan itu wajar', rumah mewah, mobil tidak cukup satu yang terpakir di garasi rumahnya, jam tangan berharga puluhan juta rupiah. Sehingga di kalangan bawah mencibir biarkan mereka yang kini dapat ghonimah yang nanti ikut pemilu, saya tidak ikut-ikutan lagi.
Tetaplah hidup sederhana dan bersahaja, fokuslah untuk melayani masyarakat, ciptakan solusi yang mendatangkan manfaat yang luas bagi masyarakat, duduklah bersama 'wong cilik' untuk belajar mendengar dan sapalah mereka dengan penuh santun dan kasih sayang. Tak perlu berpikir instan dengan mengumpulkan uang buat menyuap rakyat saat pemilu nanti, karena ini semua adalah pembodohan sekaligus perbuatan dosa. Belajarlah dari Mesir dan Turki bagaimana aktivis dakwah disana bisa merebut hati mayoritas rakyat dengan proses tarbiyah yang panjang dan penuh ujian kesabaran diiringi karya nyata di masyarakat.