Laman

Kamis, 27 September 2007

Membangun ”Dream Team” (Mastermind)

Membangun ”Dream Team”
(Mastermind
)

Sebuah organisasi ataupun perusahaan terdiri dari kumpulan orang yang bekerja sama mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut tidak mungkin dicapai oleh pemilik perusahaan saja ataupun pemimpin perusahaan saja, karena begitu banyak kegiatan yang perlu dilakukan dalam waktu yang terbatas dengan menuntut keterampilan yang beragam. Hal ini dibenarkan oleh Michael Dell, pendiri Dell Computers, yang mengatakan bahwa satu orang tidak mungkin melakukan semuanya sendirian.

Oleh:
Roy Sembel, Direktur MM Finance and Investment,
Universitas Bina Nusantara
(www.roy-sembel.com),
Sandra Sembel, Direktur Utama Edpro (Education for Professionals),
edpro@cbn.net.id

Pendapat ini juga didukung oleh Thomas J. Neff dan James M. Citrin dalam buku mereka Lessons from the Top yang mengatakan bahwa pemimpin bisnis yang besar didukung oleh tim manajemen yang juga hebat. Bagaimana para pemimpin bisnis besar tersebut memilih personel yang akan masuk ke dalam Dream Team manajemen di perusahaan mereka? Setelah mereka mendapatkan orang-orang yang tepat, bagaimana para pemimpin tersebut memberi inspirasi kepada Dream Team mereka untuk menunjukkan prestasi yang optimal? Silakan intip informasi berikut.

Siapa yang Dipilih?

Banyak pemilik perusahaan yang memilih orang-orang yang bisa dibayar rendah karena dana terbatas. Banyak juga pemimpin bisnis yang memilih orang yang kemampuannya di bawah mereka karena para pemimpin ini takut disaingi oleh orang yang mereka rekrut. Apakah strategi mereka ini juga diterapkan oleh para pemimpin bisnis dunia yang telah meraih sukses di bidang mereka masing-masing?

Sikap

Pengetahuan dan keterampilan bisa dipelajari dengan berjalannya waktu, tapi sikap positif tidak mudah dibentuk. Menyadari kondisi seperti ini, banyak perusahaan kelas dunia yang menempatkan sikap positif sebagai faktor utama yang dipertimbangkan dalam merekrut anggota dream team mereka. Misalnya saja Walt Disney dari Disney Media and Entertainment yang terkenal dengan film-film animasinya yang legendaris, dan Herb Kelleher dari Soutwest Airlines yang merupakan salah satu perusahaan penerbangan terkemuka tidak saja di Amerika tetapi juga di dunia. Kedua pemimpin perusahaan tersebut menempatkan sikap di urutan pertama dalam penilaian untuk memilih orang-orang yang akan mereka ajak untuk memperkuat Dream Team manajemen di perusahaan mereka masing-masing. Walt Disney yang banyak bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain, seperti Pixar untuk menghasilkan film-film berkualitas juga menerapkan prinsip ini dalam memilih mitra bisnis mereka untuk membentuk Dream Team di lingkaran luar perusahaan. Demikian pula dengan William Colgate, pemilik perusahaan yang menghasilkan berbagai kebutuhan rumah tangga seperti pasta gigi dan sabun.

Colgate percaya bahwa sikap memiliki sifat yang menular. Jadi, untuk tetap mempertahankan sukses, perlu dicari orang-orang yang juga bisa memiliki sikap positif yang dapat ditularkan kepada rekan-rekan sekerjanya. Sikap positif yang banyak dicari antara lain adalah: kejujuran, pikiran positif, komitmen, dan tanggung jawab.

Kemampuan

Pekerjaan tertentu membutuhkan orang-orang dengan keterampilan khusus atau keterampilan dengan tingkat keahlian tertentu. Dengan demikian, setelah sikap, faktor berikut yang perlu dipertimbangkan adalah kemampuan. Charles Schwab, pendiri dan pemimpin perusahaan pialangnya sendiri, memberikan tip penting untuk memilih orang dari segi kemampuannya. Pilihlah orang-orang yang memiliki kemampuan yang tidak Anda miliki, demikian saran Schwab.

Kemampuan yang dipilih tentunya kemampuan yang saling menunjang, sehingga seorang pimimpin tidak perlu melakukan segala sesuatunya sendirian. Dia punya orang-orang dengan kemampuan yang saling menunjang sehingga dapat saling mengisi dalam menjalankan kegiatan di perusahaan. Sedangkan R.H. Grant punya pendapat lain. Menurut Grant, tidak masalah jika orang yang kita rekrut memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari kita, karena berarti kita bisa mendelegasikan sebagian besar tugas, tidak usah terlalu terlibat dalam kegiatan operasional dan bisa berkonsentrasi untuk lebih memikirkan strategi bisnis.

Kepemimpinan

Di era informasi yang menggulirkan banyak perubahan cepat yang memacu persaingan yang hiperkompetitif, diperlukan pemain-pemain bisnis yang mampu memberikan solusi, mengkoordinasikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya ataupun tanggung jawab departemennya dengan tugas-tugas orang lain dan departemen lain, serta kemampuan menyatakan pendapan dan menghargai pendapat orang lain. Kemampuan ini hanya dimiliki mereka yang memiliki keterampilan seorang pemimpin. Jadi, selain sikap dan kemampuan, kepemimpinan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan dalam memilih anggota Dream Team manajemen.

Memang sulit menentukan pada interview pertama apakah seseorang memiliki keterampilan seorang pemimpin atau tidak. Beberapa pemimpin bisnis menyiasati hal ini dengan memilih orang-orang yang sudah punya pengalaman memimpin: baik di organisasi sekolah, organisasi sosial di masyarakat, ataupun di perusahaan sebelumnya. Misalnya saja yang dilakukan oleh Steve Case dari AOL. Pemimpin bisnis ini memilih pemimpin puncak (bukan pemilik) dari perusahaan-perusahaan yang diakuisisi untuk ikut dalam tim manajemen inti yang bersama-sama saling mendukung untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Memacu untuk Berprestasi?

Setelah Dream Team dibentuk, langkah selanjutnya mempertahankan mereka dan memacu mereka untuk menunjukkan prestasi mereka yang optimal. Ada banyak cara yang bisa dilakukan seorang pemimpin bisnis untuk memberi inspirasi kepada timnya untuk berprestasi, antara lain adalah sebagai berikut.

Hati Senang
Jika seseroang merasa senang melakukan suatu pekerjaan, maka orang tersebut akan terpacu untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan hasil yang terbaik. Tanpa hati yang senang, pekerjaan akan menjadi beban berat sehingga sulit untuk dilakukan. Bekerja dengan hati berat membuat kita merasa cepat merasa lelah dan cepat merasa putus asa ketika masalah datang. Jadi, menurut Dave Thomas, pendiri restoran cepat saji Wendy’s, untuk melakukan pekerjaan dengan hasil yang terbaik, seseorang perlu memiliki kecintaan pada pekerjaan yang dilakukannya.

Katherine Graham juga setuju dengan pendapat ini. Ia mangatakan bahwa mencintai apa yang Anda lakukan dan merasa bahwa yang Anda lakukan adalah sesuatu yang penting, akan membuat hati senang. Jadi untuk mendorong orang berprestasi, pemimpin bisnis harus menciptakan suasana kerja yang menyenangkan serta memastikan bahwa tiap orang yang ada diperusahaan ditempatkan di bidang yang benar-benar ia minati.
Ada banyak faktor yang bisa membuat hati senang, salah satunya menurut William E. Heinecke dalam bukunya The Entrepreneur adalah ”penghargaan”. Semua orang ingin dihargai: pendapatnya, pekerjaannya, dan keberadaannya. Jadi, sebagai pemimpin jangan segan-segan memberi pujian pada karyawan yang berprestasi, atau karyawan yang mampu menawarkan solusi bagi masalah-masalah yang dihadapi perusahaan. Penghargaan juga bisa diberikan untuk setiap pendapat yang disampaikan, walaupun berseberangan dengan pendapat sang pemimpin perusahaan. Pendapat yang berbeda ini jangan langsung dimatikan, tetapi didengarkan dengan seksama, dievaluasi untuk hal-hal yang bisa menjadi nilai tambah.

Menjadi Diri Sendiri
Sulit bagi seseorang untuk berpura-pura menjadi orang lain. Untuk beberapa saat bisa saja hal ini dijalankan, tapi waktu juga akan mengungkapkan kepribadian asli seseorang. Jadi, ciptakan suasana kerja yang memungkinkan karyawan untuk menjadi diri mereka sendiri. Biarkan mereka menyampaikan pendapat mereka yang original, biarkan mereka berkarya sesuai dengan kemampuan dan kepribadian mereka yang sebenarnya. Dengan demikian mereka akan merasa aman, dan merasa dihargai. Selain itu, mereka tidak akan takut untuk berkreasi sesuai dengan kemampuan dan kepribadian mereka, serta menyampaikan ide-ide kreatif mereka yang mungkin bisa digunakan untuk kepentingan perusahaan. Dengan menjadi diri sendiri, menurut Martha Ingram dari Ingram Industries, orang akan merasa senang untuk datang ke tempat kerja, dan tentu saja menjadi lebih produktif dan kreatif dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.

Beri Contoh
Kualitas apa pun yang ingin kita tanamkan dalam perusahaan yang kita pimpin akan sulit bertumbuh hanya dengan kata-kata dan setumpuk prosedur dan peraturan saja. Senjata ampuh untuk menanam budaya positif adalah dengan memberi contoh, karena tindakan memiliki kekuatan yang lebih dahsyat dibandingkan dengan kata-kata.
Jika kita ingin karyawan kita untuk memiliki kejujuran, kita juga harus jujur dan terbuka kepada mereka. Jika kita ingin agar mereka yakin bahwa perusahaan akan sukses, kita sendiri harus memiliki keyakinan tersebut. Jika kita ingin karyawan mempercayai pimpinan, para pemimpin juga harus menunjukkan kepercayaan mereka kepada karyawan.

Jadi, apa yang kita ingin dapatkan dari karyawan, harus kita berikan dulu kepada mereka dalam bentuk tindakan nyata. Tanpa tindakan akan sulit bagi mereka untuk mengetahui dengan jelas apa yang kita inginkan.
Walt Disney, Charles Schwab, William Colgate, Martha Ingram, Steve Case dan Herb Kelleher adalah pemimpin bisnis kelas dunia yang menyadari pentingnya mencapai sukses dalam tim. Mereka juga menyadari bahwa kemampuan seorang pemimpin terbatas, jadi para pemimpin memerlukan bantuan dan dukungan dari tim inti yang bisa diandalkan. Untuk itu, anggota tim inti perlu dipilih secara hati-hati. Setelah orang yang tepat terpilih, mereka perlu dipacu untuk berprestasi dengan menciptakan suasana kerja yang bisa membuat hati senang, yang bisa membuat karyawan menjadi diri mereka sendiri dan membuat karyawan bisa dengan jelas melihat sikap dan kualitas yang diterjemahkan dalam tindakan nyata yang patut diteladani mereka. Ada banyak cara lain untuk membentuk Dream Team, tetapi paling tidak beberapa faktor yang sudah dibahas di sini bisa dijadikan titik awal untuk membentuk dan memacu Dream Team untuk menunjukkan pretasi gemilang

---------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENGALAMANKU MEMBANGUN MASTERMIND oleh SETYADI

Disaat ini, saya sudah memiliki empat mastermind (team) yang bergerak dibeberapa bidang. Mereka adalah:

  • Mastermind Yayasan, saya ditunjuk sebagai Ketua Yayasan Pengembangan Ummat SIDIK Pati (Ripto Mugiono, Darno, Abdul Karim, Suwarno, Achmad Lutfinnur, Joko Sutrisno, Agus Jamaludin, Bambang Kurdoyo, Murdaka, dr. Wahib, Wiyarso, Narso) --> mengelola Lembaga Pendidikan mulai Play Grup sampai perguruan tinggi, dan saat ini sudah memiliki 6 Sekolah.

  • Mastermind Property dan saya sebagai penggagas ide ditunjuk sebagai Koordinator Tim dengan anggota Abdul Karim, Sutrisno, Sugiyanto, Suwarno à khusus mengelola bisnis property, dan tahun 2007 ini memasarkan 120 unit rumah di Pati dengan nama Perumahan Pesona Bumi Mandiri Tambaharjo I dan II.

  • Mastermind Internet, saya sebagai penggagas ide ini beranggotakan 3 orang : saya , Darsono, Dede --> rencananya adalah membangun took online yaitu GriyaMuslim.Com.

  • Mastermind Agroindustri, saya sebagai penggagas ide, saat ini beranggotakan 4 orang : saya Darno, Arifin, Joko Rahardjo à Target tahun 2008 adalah membangun sebuah Pabrik Gula Mini dengan total investasi sekitar 15 Milyar dan target keuntungan kotor pertahun adalah 4,5 Milyar.

Dan saya sarankan bagi siapa saja yang ingin menggapai kesuksesan, bangunlah mastermind. Ikuti saran dalam tulisan diatas dalam usaha Anda membangun sebuah mastermind. Jangan terburu-buru memasukkan orang dalam mastermind yang akan Anda bentuk. Saya bahkan terkadang sampai lebih dari satu tahun untuk melengkapi sebuah mastermind yang saya bangun.

Satu hal yang juga ingin saya sampaikan pada Anda adalah untuk meningkatkan kualitas diri, saya pun membangun sebuah mastermind “imajiner”, yang beranggotakan tokoh-tokoh dunia. Dalam setiap pertemuan, saya biasa meminta pendapat dari mereka, yang tentunya secara imajinasi. Hasilnya sangat “mengerikan” dan membuat merinding karena dahsyatnya kekuatan ini.

Luar Biasa apa yang saya dapatkan dengan membangun mastermind ini, dan berinteraksi dengan mereka bertahun-tahun. Saya bisa belajar untuk selalu membangun pikiran dan hati yang positif, belajar kesabaran, belajar untuk berani melangkah, belajar untuk selalu tawakal, belajar untuk menghargai dan mencintai orang lain dengan tulus, belajar untuk selalu memberi, belajar untuk selalu hidup sederhana dan bersahaja, belajar untuk tidak serakah dan sombong, belajar untuk mengartikan hidup ini menjadi lebih bermakna, belajar untuk mensinergikan banyak potensi yang tersimpan dalam banyak orang, belajar untuk menjadi pemimpin tingkat dunia, dan belajar untuk selalu belajar….

Sebagai kunci penutup, yakinlah Allah akan memberi pada kita sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita tulis dan apa yang kita impikan. Maka, berdoalah selalu pada-Nya, mohonlah dengan penuh ketulusan semua keinginan baik kita. Jangan lupa baca Kitab-Nya, karena dari sanalah kita akan membangun kedekatan dengan-Nya. Tentunya, bersedekahlah dengan harta yang telah kita peroleh dari semua usaha kita.Janganlah Anda takut miskin kalau Anda jadi orang yang dermawan, nanti Anda akan bisa membuktikan dahsyatnya kekuatan sedekah.

Rabu, 26 September 2007

Entrepreneurial Intelligence (Entre Q)

Oleh Penulis Tamu:Aribowo Prijosaksono

Sungguh suatu ironi, bahwa sebagian besar kelompok masyarakat kelas menengah atas dan berpendidikan tinggi ini tidak mampu mengkapitalisasi pendapatan yang mereka peroleh secara kreatif sehingga menjadi aset yang bisa memberikan jaminan bagi hari tua dan masa depan anak-anaknya.Kelompok ini tidak hanya terdiri dari para profesional saja tetapi juga mencakup para pengusaha muda dan pemilik bisnis yang notabene selama ini termasuk dalam kategori “wirausaha” atau “entrepreneur” yang sukses.
Mereka mampu memperoleh pendapatan yang besar (rich) tetapi tidak mampu mengelolanya dengan baik, sehingga dengan gaya hidup yang berlebihan akhirnya mereka menjadi konsumtif dan tidak memiliki kemapanan secara finansial (wealthy).
Dalam Sajian Utama majalah SWA edisi 21 Juli 2004, berdasarkan survei Citibank bekerja sama dengan AC Nielsen, tergambar bahwa 80% professional, manager, executive & businessman usia 30 – 45 tahun, yang bergaji Rp 15,2 – 20,7 juta/bulan terancam miskin di hari tua. Mereka konsumtif, besar pasak daripada tiang, investasi kacau dan tak siap di hari tua.
Inilah salah satu hal yang mendorong saya untuk menulis topik mengenai kecerdasan kewirausahaan (entrepreneurial intelligence atau Entre-Q) sebagai bagian dari manajemen diri, yaitu bagaimana kita dapat mengendalikan kehidupan kita, secara finansial, emosional, sosial dan spiritual baik di masa kini maupun di masa depan.
Tulisan ini bukan mengenai bagaimana menjadi pengusaha sukses, bukan pula tentang bagaimana memulai bisnis Anda sendiri. Tetapi melalui tulisan ini saya mencoba mengubah pola pikir dan pola tindak kita dalam membangun sikap dan perilaku entrepreneur dalam diri kita. Entre-Q kami definisikan dalam bahasa Inggris sebagai “the spirit and ability to create added value from the implementation of creativity and personal strengths into a sustainable and profitable business venture,” yaitu dorongan hati dan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan kreativitas dan kekuatan pribadinya menjadi sebuah usaha atau bisnis yang bisa memberi nilai tambah bagi dirinya. Dengan kata lain, Kecerdasan berwirausaha (Entrepreneurial Intelligence) adalah kemampuan seseorang dalam mengenali dan mengelola diri serta berbagai peluang maupun sumber daya di sekitarnya secara kreatif untuk menciptakan nilai tambah maksimal bagi dirinya secara berkelanjutan.
Seperti yang diuraikan dalam artikel di atas, untuk mencegah kemungkinan kesulitan keuangan di hari tua, kita harus mengubah paradigma untuk mulai berorientasi ke arah kemapanan finansial dibanding kekayaan semata, diikuti dengan melakukan perencanaan keuangan dan investasi. Salah satunya antara lain adalah dengan memulai dan membangun bisnis yang dapat memberikan passive income (pendapatan yang terus kita peroleh meskipun kita sudah tidak bekerja lagi) yang dapat menjamin hari tua kita.Kecerdasan wirausaha (Entrepreneurial Intelligence) bukan sekedar keterampilan membangun bisnis semata, tetapi lebih dari itu adalah sebuah pola pikir dan pola tindak yang menghasilkan kreativitas dan inovasi yang bertujuan untuk senantiasa memberikan nilai tambah dari setiap sumber daya yang kita miliki.
Setiap kita dapat menjadi entrepreneur yang sukses dan mencapai kemapanan finansial untuk meraih semua impian-impian kita. Setiap kita diciptakan Tuhan untuk memiliki kehidupan terbaik serta memberi manfaat bagi dunia di sekitar kita. Tuhan telah memberikan anugerah yang luar biasa kepada manusia, yaitu: kesadaran diri, imajinasi, hati kecil (conscience), dan kehendak bebas untuk menyadari keberadaan dan misi hidup kita, serta mengambil keputusan untuk menjadi (to be) apa pun yang kita impikan. Jika kita memilih untuk menjadi entrepreneur yang sukses, hal pertama yang perlu kita miliki adalah keyakinan dan keberanian untuk memulai langkah pertama kita, keluar dari zona kenyamanan kita dan mulai mengubah diri (transformasi) melalui serangkaian kebiasaan-kebiasaan baru menjadi seorang entrepreneur. Karena kita tidak bisa mengharapkan hasil yang berbeda dengan melakukan hal-hal yang sama berulang-ulang.
Untuk menjadi entrepreneur sukses kita harus berubah. Kita harus memiliki keberanian untuk mengambil langkah pertama dan senantiasa fokus kepada impian kita. Untuk berubah menjadi seorang entrepreneur yang sukses, ada sepuluh kebiasaan yang perlu kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu:
Kebiasaan #1 : Find Your Purpose and Dream All the Time.
Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Setiap saat kita mencapai target, goal atau impian kita, maka segeralah membuat impian-impian baru yang dapat memacu kita dan memberi semangat serta antusiasme untuk mencapainya. Biasakanlah untuk memiliki target, baik harian, bulanan maupun tahunan. Apakah itu berupa peningkatan omset usaha, tingkat keuntungan, mobil idaman, rumah baru, kantor baru, dan sebagainya. Apa pun impian atau target kita, ingat kata kunci SMART (specific, measurable, achieveable, Reality-based, Time frame): harus spesifik dan jelas, terukur, dapat dicapai berdasarkan realitas atau kondisi kita saat ini dan memiliki jangka waktu tertentu.
Kebiasaan #2: Never-ending Innovation
Kebiasaan kedua adalah inovasi tiada henti. Seorang entrepreneur harus segera menerjemahkan impian-impiannya menjadi inovasi untuk pengembangan bisnisnya. Jika impian dan tujuan hidup kita merupakan fondasi bangunan bisnis kita, inovasi dapat diibaratkan pilar-pilar yang menunjang kokohnya bisnis kita. Impian saja tidak cukup. Impian harus senantiasa ditunjang oleh inovasi yang tiada henti sehingga bangunan bisnis kita menjadi kokoh dalam badai kesulitan dan tantangan. Setiap fondasi baru yang kita buat, harus diikuti oleh pilar-pilar bangunan sebagai kerangka bangunan keseluruhan. Setiap impian harus diikuti dengan inovasi sebagai kerangka pengembangan, kemudian barulah diikuti dengan product management, customer management, cashflow management, systems, dan sebagainya.Inovasi adalah kreativitas yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang kita miliki. Jadi untuk senantiasa dapat berinovasi kita memerlukan kecerdasan kreatif (creative intelligence). Caranya adalah dengan berlatih untuk senantiasa menurunkan gelombang otak sedemikian sehingga kita dapat mencapai conscience kita sebagai sumber kreativitas dan intuisi bisnis kita.
Kebiasaan #3: Learn – Change and Grow
Kebiasaan ketiga yang sangat penting bagi seorang entrepreneur adalah senantiasa belajar, belajar dan belajar. Kehidupan ini penuh dengan berbagai peluang dan kesempatan untuk kemajuan, penyempurnaan dan pertumbuhan. Banyak sekali rahasia kehidupan yang harus dipecahkan dan hal-hal baru yang diciptakan oleh umat manusia untuk memenuhi impian dan membangun kenyamanan hidup. Oleh karenanya senantiasa tersedia ruang bagi munculnya gagasan ataupun ide-ide baru, perubahan dan penyempurnaan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi senantiasa berkembang. Berarti bahwa sesungguhnya kehidupan ini masih banyak sekali rahasia yang harus dipecahkan oleh umat manusia, melalui pengalaman dan pencarian yang tiada henti akan kebenaran. Makna lain dari pernyataan ini adalah bahwa apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita adalah bagian dari sebuah proses alami untuk membantu kita dalam belajar, berubah dan bertumbuh ke arah yang lebih baik.Manakala seorang entrepreneur berhenti untuk belajar dan memperbaiki diri, saat itulah berarti dia mengambil keputusan untuk berhenti menjadi seorang entrepreneur. Belajar bagi seorang entrepreneur sejati adalah proses yang dilakukan seumur hidup, seperti halnya perubahan itu senantiasa terjadi sepanjang perjalanan hidupnya.
Kebiasaan #4: Accumulate Your Assets
Tujuan akhir menjadi seorang entrepreneur bukanlah menjadi business owner maupun investor. Tujuan akhirnya adalah mencapai kebebasan finansial serta dapat meraih impian-impian kita. Ingat bahwa entrepreneur bukanlah profesi ataupun pekerjaan. Entrepreneurship adalah sebuah cara kita menjalani kehidupan kita. Seorang pemilik sebuah usaha yang sibuk bekerja untuk perusahaan miliknya belumlah menjadi seorang entrepreneur sejati (true entrepreneur). Ketika dia belum mampu meninggalkan pekerjaan tersebut dan bebas menggunakan waktu dan uang yang dimilikinya untuk mencapai impian atau menjalani kehidupan yang luar biasa (great life). Satu-satunya cara mencapai kebebasan finansial adalah dengan memiliki kebiasaan untuk mengakumulasikan atau menambah aset bagus kita di balance sheet sehingga menambah pemasukan ke dalam income statement kita. Cara yang paling mudah bagi kita untuk mulai memiliki kebiasaan ini adalah dengan menabung. Karena yang penting bukan berapa jumlah yang kita tabung, melainkan kesadaran bahwa setiap bulan kita menjadi lebih kaya. Balance sheet pribadi maupun usaha yang kita miliki harus senantiasa menunjukkan penambahan aset kita. Inilah satu-satunya indikator bahwa kita telah mengakumulasi kapital yang kita miliki.
Kebiasaan #5: Use Leverage Concept to Build Your Business
Seorang entrepreneur yang cerdas harus mampu menggunakan tenaga dan waktu orang lain untuk mencapai impiannya. Sebagai ilustrasi, tahukah Anda bahwa setiap beberapa jam, restoran waralaba hamburger MacDonalds membuka satu gerai baru di seluruh dunia. Bagaimana mereka dapat melakukan hal tersebut. Bayangkan betapa efisien dan canggihnya para eksekutif dan karyawan MacDonalds sehingga mampu membangun satu outlet restoran setiap beberapa jam saja. Inilah contoh kekuatan dari leverage (pengungkit).Contoh lain yang menarik adalah konsep pemasaran dengan sistem jaringan (network marketing). Bayangkan bahwa kita rata-rata bekerja 8 jam seminggu. Jika waktu produktif kita adalah 40 tahun, maka seumur hidup kita memiliki 80.000 jam kerja. Jika dalam jaringan kerja kita memiliki 1.000 anggota yang rata-rata bekerja satu jam sehari untuk bisnis network marketing kita, maka kita bisa menggantikan produktivitas seumur hidup kita hanya dalam 80 hari!!! Inilah kekuatan konsep leverage.
Kebiasaan #6: Nurture-Equip-Develop Your People
Untuk dapat mampu menggunakan waktu dan tenaga orang lain mengelola dan mengembangkan bisnis kita, seorang entrepreneur harus memiliki kemampuan dan passion untuk mengembangkan orang-orang di sekelilingnya. Seorang pemimpin yang baik tidak diukur dari berapa banyak pengikutnya atau pegawainya, tetapi dari kualitas orang-orang yang mengikutinya serta berapa banyak pemimpin-pemimpin baru di sekelilingnya. Biasanya tidak lebih dari 20% dari total orang-orang kita yang berpotensi untuk dikembangkan terus. Dari 20% orang-orang inilah kita memilih sekitar 20% dari mereka untuk kita kembangkan menjadi pemimpin-pemimpin yang kelak akan mengembangkan dan menggantikan kita. Inilah proses yang disebut dengan developing, yang tidak sekedar meningkatkan keterampilan tetapi lebih penting adalah mengembangkan karakter dan kemampuan intra maupun inter- personal sebagai pemimpin bisnis. Jadi seorang entrepreneur yang cerdas harus senantiasa mengembangkan orang-orang di sekelilingnya agar pada gilirannya dapat menggunakan konsep leverage untuk mengembangkan bisnisnya.
Kebiasaan #7: Systemize Your Business
Sebuah usaha baru dapat dikatakan established ketika sudah dapat membangun sistem bisnis yang efektif dan efisien. Seperti halnya tubuh manusia adalah sebuah sistem yang terdiri atas beberapa sistem, perusahaan adalah sebuah sistem juga yang terdiri dari beberapa sistem. Jika tubuh manusia terdiri atas antara lain: sistem aliran darah, sistem pernapasan, sistem pencernaan dan sebagainya, perusahaan juga terdiri atas sejumlah sistem antara lain: sistem operasional harian, sistem pengembangan produk, sistem inventori, sistem administrasi penjualan, sistem pengelolaan piutang, sistem pemasaran, dan sebagainya.Sebagai entrepreneur atau pemimpin bisnis, salah satu tugas utama kita adalah menyiapkan dan menyempurnakan sistem-sistem tersebut sehingga pada akhirnya organisasi tidak tergantung pada orang semata, tetapi sistem yang dijalankan oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Kebiasaan # 8: Build Network & Alliances
Saya mengenal tiga orang teman yang pernah mengalami kejatuhan dalam bisnis sehingga mereka harus memulai segala sesuatunya dari nol (bahkan negatif, karena saat itu mereka terbelit utang). Sekarang ketiganya telah berhasil mengatasi kesulitannya, namun dengan kondisi yang sangat berbeda. Dalam suatu kesempatan, saya bertanya kepada teman saya yang paling berhasil dari ketiga orang teman saya tersebut, apa yang menjadi rahasia keberhasilan dia. Pada awalnya ia menjelaskan kiat-kiat bisnis dan bisnis apa yang menurutnya sangat baik. Namun, jawaban dari pertanyaan mendasar saya apa yang paling penting untuk memulai segalanya dari nol adalah karena ia dibantu oleh jaringannya. Ia memiliki jaringan yang cukup kuat untuk membantunya, baik dari segi peluang bisnis, modal, maupun akses pada pemerintah.Memang, memiliki jaringan yang baik saja tidak cukup. Jaringan merupakan prasyarat penting bagi kita untuk memulai segala sesuatunya ketika kita tidak memiliki apa pun. Jangan meremehkan apa yang bisa dilakukan oleh jaringan kita. Sekali lagi bahwa no man is an island. Sekecil apa pun jaringan yang kita miliki sekarang, mulailah membangunnya serta merawat dan memeliharanya. Kita tidak pernah tahu kapan kita membutuhkan jaringan tersebut. Keberhasilan kita menjadi entrepreneur sejati sangatlah tergantung pada jaringan dan mitra bisnis kita. Oleh karena itu membangun jaringan dan mengembangkan aliansi dan kemitraan bisnis merupakan kebiasaan yang harus senantiasa kita kembangkan.
Kebiasaan #9: Be A Smart Investor
Salah satu kekuatan entrepreneur yang cerdas dan sukses adalah kemampuannya dalam mengelola portofolio asetnya sehingga senantiasa berkembang dan bertambah banyak. Kemampuan mengelola portofolio aset adalah kemampuan yang terbentuk karena kebiasaan dan pengalaman yang panjang. Oleh karena itu, kita harus memiliki kebiasaan untuk selalu belajar dan melakukan investasi bisnis yang tepat dalam pengelolaan portofolio aset kita. Menjadi entrepreneur yang sukses bukanlah sekedar memiliki usaha sendiri namun juga mampu mengelola portofolio aset kita dan mengembangkan bisnis secara vertikal dan horisontal.
Kebiasaan #10: The Power of Giving: Give and Be Grateful
Kebiasaan kesepuluh seorang entrepreneur sejati adalah beramal dan mengucap syukur. Tuhan telah menciptakan alam semesta dengan segala kelimpahannya untuk kita syukuri dan nikmati. Kita diberikan kuasa untuk menjadi co-creator, rekan sekerja Tuhan, untuk menciptakan realitas kehidupan yang kita inginkan. Inilah yang menjadi rahasia mengapa orang-orang sukses seperti Andrew Carnegie, Bill Gates, John Rockefeller, Alfred Nobel, dan sebagainya adalah philanthropist (dermawan) sejati. Mereka memahami benar makna memberi dan mengucap syukur (charity and gratitude).Proses penciptaan realitas kehidupan kita diawali dengan keyakinan. Cara menunjukkan keyakinan atau iman tersebut adalah dengan mengucap syukur atas kelimpahan berkat yang diberikan Tuhan (thankfulness in advance – to be grateful before the creation). Jadi mengucap syukur merupakan keharusan yang tidak bisa kita hindari jika kita ingin menciptakan atau memimpikan sesuatu. Seringkali kita justru berdoa dalam kerangka berpikir kekurangan (statement of lack), padahal justru sebaliknya kita harus berdoa dengan penuh rasa syukur atas segala berkat kelimpahanNya dalam kehidupan kita (statement of gratitude).Beramal (charity) adalah pengungkapan syukur (gratitude) kita atas anugerah kelimpahan dari Tuhan, sehingga bawah sadar kita berpikir bahwa kita berkecukupan bahkan berkelimpahan (prosperity consciousness). Pesan inilah yang ditangkap alam pikiran bawah sadar kita, menjadi sebuah afirmasi yang jika berulang-ulang dilakukan, maka bawah sadar kita akan mencari jalan untuk mewujudkan kehidupan berkelimpahan itu bagi kita.
Semoga tulisan ini dapat membantu para profesional, eksekutif dan bahkan para pengusaha muda untuk menjadi lebih cerdas dalam mengelola aset dan sumber daya yang mereka miliki secara kreatif dan inovatif sehingga terhindar dari kesulitan finansial di masa depan

Selasa, 25 September 2007

Belajar dari Pemimpin Tingkat Lima

Oleh: Roy Sembel, Direktur MM Finance and Investment, Universitas Bina Nusantara (www.roy-sembel.com), Sandra Sembel, Direktur Utama Edpro (Education for Professionals), edpro@cbn.net.id

”Baik” adalah musuh dari ”Hebat”. Demikian yang dituliskan Jim Collins dalam bukunya Good to Great. Menurut Collins banyak orang sudah merasa puas dengan melakukan sesuatu yang baik, sehingga mereka berhenti berusaha untuk menjadi lebih baik, untuk akhirnya menjadi yang terbaik (hebat).

Tapi, tidak demikian dengan ”Pemimpin Tingkat Lima”. Mereka tidak berhenti berjuang untuk melakukan yang terbaik yang bisa mereka kerjakan, dan mereka tak akan berhenti untuk senantiasa berjuang untuk menghasilkan sesuatu yang paling baik (hebat). Siapa pemimpin tingkat lima yang dimaksud oleh Jim Collins? Apa yang mereka lakukan? Inilah yang akan dibahas lebih lanjut.

SIAPA PEMIMPIN TINGKAT LIMA?
  • Rendah Hati
  • Sederhana
  • Keyakinan yang Kuat
  • Ambisi untuk melakukan yang terbaik
  • Tegas dalam bertindak
  • Menabur untuk masa depan

Penelitian yang dilakukan Jim Collins dan timnya menunjukkan bahwa perusahaan yang dapat bertahan di posisi puncak untuk waktu yang lama (sekitar 15 tahun atau lebih), yaitu perusahaan yang berhasil melebihi prestasi pasar di industri yang ditekuni, umumnya dinakodai oleh para pemimpin tingkat lima, dengan karakteristik sebagai berikut.
Rendah hati. Jika pemimpin ”biasa” akan berusaha menarik perhatian dunia pada prestasi yang dilakukannya, dan berfokus pada diri sendiri, maka pemimpin tingkat lima melakukan yang sebaliknya. Mereka melakukan yang terbaik untuk banyak orang tanpa banyak bicara. Sedapat mungkin, mereka cenderung mengalihkan topik pembicaraan dari prestasi mereka kepada prestasi dan dukungan orang-orang di sekitar mereka. Mereka mengatakan bahwa orang-orang sekitar merekalah yang berperan lebih penting dalam meraih keberhasilan, seperti yang juga dilakukan oleh Sam Walton, CEO dari Walmart. Kerendahan hatinya membuat Smith disayangi dan dihormati oleh karyawan, keluarga dan masyarakat.

Sederhana. Selain rendah hati, para pemimpin tingkat lima juga memilih untuk hidup sederhana yang berkecukupan (tak berlebihan). Mereka juga tidak menuntut untuk diperlakukan secara istimewa oleh orang-orang di sekitar mereka. Ken Iverson, CEO dari Nucor, tetap tinggal di rumahnya yang sudah ditinggalinya bersama keluarganya selama bertahun-tahun, ia juga hanya memiliki satu garasi, sesuai dengan kebutuhan keluarganya. Colman Mockler, CEO dari Gillette, lebih sering menghabiskan liburannya di perternakannya di luar kota dari pada berkeliling dunia. Pada saat bersantai di rumah, ia juga lebih suka memakai pakaian seperti orang kebanyakan, yang dibeli di pasar swalayan, atau toko rakyat.

Keyakinan kuat. Seorang pemimpin tingkat lima cenderung memiliki keyakinan untuk berhasil. Keyakinan kuat ini memompakan energi dan semangat luar biasa untuk berjuang meraih keberhasilan yang diyakininya tersebut. Masalah, hambatan, kesulitan, bahkan krisis ekonomi sekalipun tidak bisa mematahkan semangatnya untuk meraih keberhasilan. Panglima besar Sudirman merupakan salah satu contoh pemimpin tingkat lima dari Indonesia. Keyakinan kuat untuk mengusir penjajah, telah memompakan semangat tinggi bagi sang panglima untuk terus berjuang, walaupun sakit menyerang dan perang menghadang. Demikian juga dengan Abraham Lincoln, yang berkeyakinan bahwa manusia, siapa pun mereka memiliki derajat yang sama. Keyakinannya ini terus dipegang teguh, walaupun harus berhadapan dengan musuh dalam selimut, dan perang saudara. Akhirnya, keyakinan kedua pemimpin besar ini membawa mereka dan para pendukung, bahkan seluruh bangsa untuk menikmati kemenangan luar biasa.

Ambisi melakukan yang terbaik. Pemimpin tingkat lima selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Terbaik di sini tentu saja bukan terbaik untuk dirinya sendiri, melainkan terbaik untuk banyak orang. Mary Kay Ash, ratu kosmetika dari Amerika Serikat tidak pernah puas untuk selalu melakukan yang terbaik dan mempersembahkan yang terbaik. Ketika masih menjadi pegawai di perusahaan lain pun, ia tidak menyerah pada kualitas pekerjaan rata-rata. Ia tidak akan berhenti, sebelum ia berhasil mempersembahkan karyanya yang terbaik. Sebagai seorang pemimpin perusahaan, Mary memberi teladan bagi para karyawannya untuk melayani pelanggan dengan kualitas produk dan layanan yang terbaik. Api ambisi untuk melakukan yang terbaik senantiasa dipelihara baik dalam dirinya sendiri, maupun dalam perusahaan agar tidak padam. Para pemimpin tingkat lima percaya bahwa keinginan kuat untuk selalu melakukan yang terbaik akan membuahkan inovasi dan perubahan positif.

Tegas dalam bertindak. Ketika seorang pemimpin tingkat lima telah memiliki keyakinan untuk berhasil, mereka tidak akan tinggal diam. Mereka akan bertindak untuk bergerak ke arah keberhasilan. Dalam bertindak, mereka tidak segan-segan untuk bertindak tegas, jika memang itu yang diperlukan untuk menyingkirkan akar permasalahan yang mengganggu perjalanan membawa para pendukung menuju sukses. David E. Smith, CEO dari Kimberly and Clark yang awalnya adalah perusahaan penghasil kertas berlapis untuk konsumsi perusahaan lain, berani mengambil keputusan yang sulit: menjual pabrik penghasil kertas berlapis yang menjadi inti bisnis Kimberly and Clark pada waktu itu, karena dianggap tidak memiliki potensi sukses di masa depan (walaupun pada saat itu, merupakan penghasil pendapatan utama bagi perusahaan. Ia membawa perusahaan untuk memfokuskan pada usaha memproduksi barang-barang konsumen dari kertas (seperti Klenex, dan popok bayi), yang dianggap memiliki potensi besar untuk meraih sukses masa depan. Keputusannya yang dicela habis-habisan oleh banya pihak, ternyata terbukti merupakan keputusan yang benar. Saat ini, Kimberly and Clark berhasil mengungguli para pesaingnya di lebih dari 50% produk barang-barang konsumen dari kertas.

Menabur untuk masa depan. Sebuah perusahaan bisa saja menjadi perusahaan terkemuka di satu saat di bawah pimpinan seorang CEO tertentu. Tetapi setelah sang CEO tidak lagi berkarya di sana, maka jatuhlah perusahaan tersebut. Pemimpin tingkat lima, tidak memikirkan keberhasilan sesaat, tetapi keberhasilan yang berkesinambungan. Semua keputusan yang diambil, selalu berorientasi pada keberhasilan yang berkesinambungan, sampai ke masa depan. Untuk itu, mereka tidak egois untuk menyimpan sendiri seluruh kepandaian, pengalaman dan keterampilan yang mereka miliki. Sejak mereka masih menjabat sebagai pemimpin, mereka telah menyiapkan calon-calon pemimpin masa depan, sebagai generasi penerusnya. David Maxwell, CEO dari Fannie Mae, sejak ia masih menjabat, telah mempersiapkan calon pemimpin berikutnya untuk mempertahankan keberhasilan yang telah diraih perusahaan di bawah pimpinannya. Tidak heran jika perusahaan ini merupakan perusahaan yang senantiasa membukukan sukses, walaupun pemimpin sudah berganti. Demikian pula dengan Mahatir Muhammad, mantan Perdana Menteri negara tetangga kita, Malaysia, yang telah menyiapkan dan membimbing calon pemimpin baru sebelum ia turun dari jabatannya.

APA YANG MEREKA LAKUKAN?

Setelah kita mengenal karakteristik dari pemimpin tingkat lima, selanjutnya kita tentu ingin tahu apa yang mereka lakukan untuk meraih keberhasilan.

Pilih orang dulu baru tentukan tujuan. Jika pemimpin biasa menentukan tujuan terlebih dahulu baru mengumpulkan orang, pemimpin tingkat lima melakukan yang sebaliknya. Mereka memilih dan mengumpulkan orang-orang yang tepat terlebih dahulu, sebelum akhirnya bersama-sama menentukan keberhasilan yang akan diraih. Orang-orang yang terbaik pada posisi yang tepat akan merupakan tim yang hebat untuk meraih sukses. Mereka tidak perlu lagi dimotivasi, karena mereka telah memiliki motivasi diri. Mereka tidak perlu terlalu diawasi, karena mereka telah memiliki sikap positif dan keterampilan tinggi, sehingga sang pemimpin bisa berkonsentrasi untuk mengatur kendali, dan memastikan bahwa arah pergerakan perusahaan yang dipimpin sudah benar. Jika, ternyata arah perlu diubah, para orang-orang pilihan tidak akan sulit menyesuaikan diri, karena mereka bersama-sama terlibat untuk meraih sukses. Hal ini juga diterapkan di perusahaan yang dipimpin oleh Ogilvy, si Raja Iklan. Ogilvy memilih orang-orang yang akan bekerja di perusahaannya dengan hati-hati. Dalam memilih, Ogilvy lebih memusatkan perhatian pada ”sikap” bukannya pendidikan, keterampilan, ataupun pengalaman. Dan ketika orang-orang terbaik dengan sikap yang positif sudah berhasil didapatkan, ia tidak segan-segan mengapresiasi mereka jauh lebih besar dari yang ditawarkan perusahaan lain.

Mengenali realitas tanpa kehilangan keyakinan untuk sukses. Pemimpin tingkat tinggi, senantiasa melihat pada realitas. Mereka juga tidak malu-malu mengakui kelemahan yang mereka miliki, kesulitan yang dihadapi, dan krisis yang harus ditanggulangi. Jika memang, mereka tidak mampu berprestasi (mempersembahkan yang terbaik) di satu bidang, maka mereka akan mengalihkan perhatian kepada bidang lain yang mereka yakini bisa unggul dibandingkan yang lain. Dari sekian banyak peluang yang kita temui, kita perlu memilih peluang yang paling tepat untuk mewujudkan impian kita. Ibu Teresa dari Kalkuta sadar bahwa ia tidak bisa sendirian membantu para fakir miskin di dunia, terutama di India, untuk itu, ia bersama-sama pendukungnya, banyak menggalang bantuan dari berbagai pihak untuk bersama-sama membantu mengatasi kemiskinan di berbagai negara. Kesulitan juga disadari oleh Ibu Kartini ketika beliau melihat perlakuan yang tidak adil terhadap para wanita di zamannya, yang tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan lanjut, bahkan untuk sebagian besar wanita, tidak sempat mengenyam pendidikan sama sekali. Wanita dianggap sebagai pelengkap saja yang tidak perlu berkembang lebih jauh. Kesadaran akan realitas ini (penolakan masyarakat akan ide Kartini untuk membantu memberi pendidikan bagi wanita), tidak menyurutkan keyakinannya untuk mewujudkan impiannya untuk memberikan kesempatan berkembang bagi wanita. Melalui surat dan pertemuan-pertemuan dengan beberapa tokoh (baik pribumi maupun tokoh asing), Kartini berhasil menggalang dukungan untuk mendirikan sekolah puteri pertama di Indonesia.

Berjuang untuk menjadi yang terbaik. Jika kita tidak bisa menjadi yang terbaik di satu bidang, tinggalkan bidang tersebut, dan carilah bidang lain yang bisa kita jadikan pijakan untuk menghasilkan yang terbaik. Inilah sikap yang ditunjukkan oleh pemimpin tingkat lima. Mereka akan memilih bidang di mana mereka bisa mempersembahkan karya terbaik. Jika bidang pilihan sudah ditentukan, maka mereka akan berjuang gigih untuk tampil terbaik (untuk orang banyak, dengan dampak yang menjangkau waktu yang panjang, sampai ke masa depan) dalam semua tindakan, keputusan yang mereka ambil. David E. Smith sadar bahwa bisnis inti yang ditekuni oleh Kimberly and Clarks pada saat ia diserahkan tugas sebagai CEO, tidak memungkinkan perusahaan tersebut untuk berprestasi secara unggul dibandingkan para pesaing di industri yang lama. Dari kesadaran akan realitas ini, Smith tidak ragu-ragu untuk mengubah bisnis inti dari produsen kertas berlapis, menjadi produsen barang-barang konsumen yang terbuat dari kertas. Hasilnya? Luar biasa, sedikit demi sedikit, Kimberly and Clarks berhasil menundukkan lawan-lawannya di beberapa kategori produk.

Disiplin. Para pemimpin tingkat lima senantiasa menunjukkan kedisiplinan diri yang tinggi hampir di semua bidang. Mereka disiplin dalam waktu: dalam memenui target, deadline, maupun dalam mengatur keseimbangan kegiatan mereka di kantor, keluarga, dan masyarakat. Mereka juga disiplin dalam menerapkan prinsip-prinsip sukses yang mereka yakini (misalnya: prinsip untuk senantiasa melakukan yang terbaik). Romo Mangun, pejuang kaum papa, memiliki disiplin tinggi terhadap perjuangannya untuk menciptakan kesejahteraan bagi kaum yang kurang beruntung. Dalam menegakkan disiplinnya tersebut, ia tidak takut terhadap pihak mana pun, walaupun harus berseberangan pendapat dengan pihak-pihak tertentu. Demikian pula dengan pemimpin besar India, Mahatma Gandhi, yang tidak takut untuk berseberangan pendapat dalam menegakkan disiplinnya untuk berjuang bagi kepentingan rakyat, tanpa disertai dengan kekerasan fisik. Semua tantangan dihadapinya dengan berani dalam menegakkan disiplinnya memegang prinsip tanpa kekerasan tersebut.

Memanfaatkan Teknologi. Banyak pemimpin yang memanfaatkan teknologi untuk menciptakan perubahan. Mereka seringkali berakhir dengan ”dimanfaatkan” oleh teknolgi yang perkembangannya di luar kendali, seperti yang terlihat pada era booming-nya perusahaan-perusahaan dotcom. Ketika angin ”surga” di industri dotcom berhenti bertiup, maka yang tersisa adalah perusahaan-perusahaan yang dipimpin oleh pemimpin tingkat lima yang tidak sekedar ”ikut-ikutan” menggunakan teknologi baru. Para pemimpin ini memanfaatkan teknologi untuk mendukung kegiatan perusahaan untuk menjadi yang terbaik. Jika teknologi baru dirasa tidak menambah nilai secara signifikan bagi keberhasilan bisnis inti perusahaan, maka mereka tidak akan ”ikut-ikutan” mengadopsi teknologi baru. Mereka akan menciptakan teknologi sebagai fasilitas yang memperlancar usaha. Hal ini diterapkan oleh Michael Dell dari Dell computers (perusahaan yang memberi kesempatan bagi pelanggan untuk menentukan sendiri spesifikasi komputer yang akan dibeli, melalui internet), yang berhasil ”memanfaatkan” teknologi dengan cermat untuk mendorong pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan.

Berkembang dengan Roda Perubahan. Perubahan, walaupun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah pertumbuhan, selalu akan diawali dengan ketidaknyamanan. Para pemimpin tingkat lima sadar akan hal ini, sehingga mereka tidak menciptakan perubahan mendadak yang sangat menyakitkan dan yang kemungkinan besar akan berujung pada kegagalan (karena banyaknya kendala, dan penolakan dari banyak pihak). Sebaliknya, perubahan dijadikan sebagai sesuatu yang senantiasa ada (bagian dari budaya perusahaan). Perubahan dirancang dan diterapkan secara bertahap dengan tujuan untuk mencapai keberhasilan yang berkesinambungan. Andy Groove dari Intel sadar akan kekuatan dahsyat perubahan. Untuk itu, ia menyusun strategi bersama timnya untuk mengendalikan perubahan (bukannya dikendalikan oleh perubahan) dengan senantiasa memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mempersembahkan inovasi baru, yang menjadi generasi baru produk-produk data elektronik yang dihasilkannya. Dengan strategi berkembang dengan mengendalikan roda perubahan ini, Groove bersama Intel berhasil mengungguli para pesaing, dan mencapai sukses yang berkesinambungan.

Jika semua orang di Indonesia memiliki kualitas pemimpin tingkat lima, maka dapat dipastikan, kita akan dengan cepat meraih keberhasilan yang berkesinambungan, dan menciptakan negara dengan rakyat yang hidup saling mendukung (bukan saling curiga ataupun memusuhi satu dengan yang lain), dan dalam suasana damai dan sejahtera (tidak bermusuhan, tidak saling menjegal dan tidak saling membunuh, seperti yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia akhir-akhir ini). Apakah di Indonesia ada pemimpin tingkat lima? Jika ada, di manakah para pemimpin tingkat lima bersembunyi? Di mana ada keberhasilan berkesinambungan, dan tidak tampak satu orang yang menonjolkan diri sebagai ”pahlawan” maka di situlah ada pemimpin tingkat lima (demikian petunjuk Jim Collins untuk mengidentifikasi pemimpin tingkat lima). Sudahkah Anda lihat sekeliling Anda? Jika Anda menemukannya, bergurulah kepada mereka. Jika belum, ciptakan dan tanamkan kualitas kepemimpinan tingkat lima pada diri Anda sendiri. Bukan tidak mungkin, Andalah yang merupakan pemimpin tingkat lima tersebut.

IMPIAN SAAT AKU PENSIUN

IMPIAN SAAT AKU PENSIUN

Hari ini, jum’at tanggal 23 Juni 2006, saya lahir tanggal 24 Mei 1971 sehingga umurku saat ini adalah 35 tahun. Sekarang anak-anakku telah sekolah
Fathimah Az-Zahra kelas VI MI Muhammadiyah
Hana Salsabila kelas IV SD Islam Terpadu Abu Bakar Ash-shidiq
Fathia Amrina Rosyada kelas I SD Islam Terpadu Abu Bakar Ash-Shidiq
Seorang Istri yang LUAR BIASA, yang saat ini mengandung anak saya yang ke Lima.

Jika aku pensiun usia 56 tahun, maka 21 tahun lagi aku akan pensiun. Dengan waktu 21 tahun inilah, aku harus memimpikan saat aku pensiun nanti.

Terbayang dalam impianku saat aku pensiun nanti, aku punya sebuah rumah dipinggiran kota, rumah mungil yang asri ditengah tanah seluas 5000 m2. Didepan sebelah kanan berdiri sebuah Masjid yang cukup megah, masjid yang nantinya aku gunakan untuk mendidik masyarakat sekitarku, masjid tempat aku bertaqarub illallah, masjid tempat aku bermain bersama anak-anak didikku dan juga cucu-cucuku. Didepan rumah ada jalan lurus, yang kanan-kiri ditumbuhi pohon yang rindang dan asri. Tembok keliling yang tidak terlalu tinggi, sehingga tetangga tidak takut dan tidak sungkan untuk bertandang kerumahku. Dibelakang rumah ada kolam yang penuh ikan, dan dikelilingi kamar-kamar kecil yang aku sediakan bagi anak-anak yatim piatu yang aku santuni dan aku sayangi seperti anak-anakku sendiri…

Saat aku pensiun nanti, aku ingin melihat semua anak-anakku sudah kuliah sesuai apa yang anak-anak inginkan, menjadi dokter atau insinyur atau dosen atau ahli lainnya, tapi semuanya adalah para mujahid/mujahidahku yang aku dambakan menjadi syahid di Jalan Allah. Dan aku pun melihat semua anak-anakku telah hafidz al-qur’an dan menjadi para murobbi/yah yang tangguh, mujahid/Mujahidah yang shodiq/shodiqah. Dan istriku telah menjadi pengusaha sekaligus politikus yang dermawan, yang anggun, yang santun, yang istiqomah dalam jalan dakwah dan tarbiyah.

Saat aku pensiun nanti, aku ingin pergi bersama istriku ke Baitullah

Sehinggga saat aku mati, aku ingin mati tersenyum karena Allah mengampuniku dan meridhoiku dan menutupi semua kesalahanku…Atau Allah menganugerahiku sebagai seorang syahid.

Melampaui Diri Sendiri


Ini sebuah kisah nyata yang diceritakan oleh seorang bijak. Suatu malam, seorang laki-laki datang ke rumahnya dan berkata, ''Ada sebuah keluarga dengan delapan anak yang sudah berhari-hari tidak makan.'' Mendengar hal itu bergegaslah orang bijak itu pergi membawa makanan untuk mereka.

Ketika tiba di sana ia melihat wajah anak-anak itu begitu menderita karena kelaparan. Tak ada kesedihan ataupun kepedihan di wajah mereka, hanya derita yang dalam karena menahan lapar.

Orang bijak itu memberikan nasi yang dibawanya pada sang ibu. Ibu itu lantas membagi nasi itu menjadi dua bagian, lalu ke luar membawa setengahnya. Ketika ia kembali, orang bijak itu bertanya, ''Kau pergi kemana?'' Ibu itu menjawab, ''Ke tetangga-tetanggaku. Mereka juga lapar.''

Orang bijak itu tercengang. Ia tidak heran kalau si ibu membagi nasi itu dengan tetangga-tetangganya, sebab ia tahu orang miskin biasanya pemurah. Yang ia herankan adalah karena si ibu tahu bahwa mereka lapar. Biasanya kalau kita sedang menderita, kita begitu terfokus pada diri sendiri, sehingga tak punya waktu untuk memikirkan orang lain.

Si ibu dalam cerita di atas adalah contoh orang yang telah dapat melampaui dirinya sendiri. Ia dapat melepaskan keterikatannya pada kebutuhan fisik dan secara bersamaan memenuhi kebutuhan spiritualnya yaitu untuk berbagi dengan orang lain. Kualitas semacam ini tentu tak dapat diraih dalam waktu singkat. Ini memerlukan proses pergulatan batin yang cukup panjang.
Kehidupan manusia memang senantiasa menjadi tempat pergulatan dua kepentingan utama: fisik dan spiritual. Kepentingan fisik adalah hal-hal yang kita butuhkan untuk bisa hidup di masa sekarang, seperti sandang, pangan dan papan. Ini kebutuhan jangka pendek kita. Sementara, kepentingan spiritual adalah hal-hal yang kita butuhkan untuk hidup di masa sekarang dan masa yang akan datang. Ini adalah kebutuhan jangka pendek sekaligus jangka panjang.

Pemenuhan kedua macam kebutuhan ini akan menghasilkan kualitas hidup yang tinggi. Sayang, banyak orang yang tak menyadari hal ini. Mereka menghabiskan hidup mereka hanya untuk mengumpulkan harta benda. Untuk itu mereka juga tak segan-segan menggunakan cara yang buruk: menciptakan kebijakan yang menguntungkan diri sendiri, menguras uang rakyat, mencuri uang perusahaan, maupun menciptakan konspirasi yang merugikan orang banyak.

Kalau kita renungkan secara mendalam, semua kejahatan yang ada di dunia ini berasal dari satu kata: keserakahan. Dan, akar keserakahan adalah pada cara kita memandang hidup ini. Selama kita melihat diri kita semata-mata makhluk fisik belaka, selama itu pula kita tak dapat membendung keinginan kita untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Betapa banyaknya dalam kehidupan sehari-hari kita melihat orang yang berpenghasilan biasa-biasa saja, tetapi memiliki harta yang luar biasa banyaknya.

Ada banyak alasan yang dapat dikemukakan untuk merasionalkan hal itu. Pertama, semua orang yang mendapat kesempatan pasti akan melakukannya. Kedua, penghasilan yang saya dapatkan terlalu kecil dan tidak seimbang dengan pengorbanan yang saya berikan. Ketiga, toh kekayaan yang saya dapatkan tidak saya nikmati sendiri tetapi saya gunakan untuk membantu anak yatim, membiayai orang tua dan saudara yang sedang sakit, membangun sekolah, dan sebagainya. Dengan berbagai alasan tersebut kita mendapatkan ''ketenangan sementara'' karena seolah-olah perbuatan yang kita lakukan telah berubah menjadi legal, rasional atau paling tidak dapat dimaklumi.

Namun, ketenangan semacam ini tidaklah langgeng. Pasti ada sesuatu dalam diri kita yang kembali mengusik kita, membuat kita resah dan gelisah. Perhatikanlah orang-orang yang hidup dengan cara ini. Mereka sangat rentan terhadap perubahan yang sekecil apapun. Mereka sangat jauh dari ketentraman yang sejati. Betapapun banyaknya harta yang mereka kumpulkan tak akan pernah melahirkan perasaan cukup dan puas. Sebuah pepatah mengatakan, ''The world is enough for everybody, but not enough for one greedy.'' Apa yang disediakan oleh dunia ini sebetulnya cukup untuk semua orang, tetapi tidak akan cukup untuk seorang yang rakus.

Sebuah perubahan dramatis akan terjadi begitu kita sadar bahwa kita bukanlah makhluk fisik tetapi makhluk spiritual. Kita menjadi makhluk spiritual untuk selama-lamanya. Sebelum muncul ke dunia, kita adalah makhluk spiritual, ketika hidup sekarang kita juga makhluk spiritual, dan ketika kita meninggal kita tetap menjadi makhluk spiritual. Kita hanya menjadi makhluk fisik di dunia ini saja.

Salah satu cara paling efektif untuk menyadari hal itu adalah dengan berpuasa. Dengan puasa kita akan sadar bahwa kebutuhan (ini berbeda dengan keinginan) kita sebetulnya sangatlah sedikit. Berpuasa juga akan menyadarkan kita bahwa dengan mengurangi kenikmatan fisik kita akan mendapatkan kenikmatan spiritual yang luar biasa. Dengan berpuasa kita keluar melampaui ''diri rendah'' kita menuju Diri kita yang lebih tinggi. Dengan puasa kita lepaskan keterikatan kita pada gravitasi bumi. Kita bergerak melesat mengikuti gravitasi langit.
---------------------------------------------------------------
KepemimpinanOleh: Arvan Pradiansyah, direktur pengelola Institute for Leadership & Life Management (ILM) dan pengarang buku Life is Beautiful e-mail: kepemimpinan_probis@yahoo.com, arvan@ilm.co.id faksimile: 021-7983623
--------------------------------------------------------------

Sepatu Si Bapak Tua

Seorang bapak tua pada suatu hari hendak bepergian naik bus kota. Saat menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Sayang, pintu tertutup dan bus segera berlari cepat. Bus ini hanya akan berhenti di halte berikutnya yang jaraknya cukup jauh sehingga ia tak dapat memungut sepatu yang terlepas tadi. Melihat kenyataan itu, si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya ke luar jendela.

Seorang pemuda yang duduk dalam bus tercengang, dan bertanya pada si bapak tua, ''Mengapa bapak melemparkan sepatu bapak yang sebelah juga?'' Bapak tua itu menjawab dengan tenang, ''Supaya siapa pun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya.''

Bapak tua dalam cerita di atas adalah contoh orang yang bebas dan merdeka. Ia telah berhasil melepaskan keterikatannya pada benda. Ia berbeda dengan kebanyakan orang yang mempertahankan sesuatu semata-mata karena ingin memilikinya, atau karena tidak ingin orang lain memilikinya.

Sikap mempertahankan sesuatu -- termasuk mempertahankan apa yang sudah tak bermanfaat lagi -- adalah akar dari ketamakan. Penyebab tamak adalah kecintaan yang berlebihan pada harta benda. Kecintaan ini melahirkan keterikatan. Kalau Anda sudah terikat dengan sesuatu, Anda akan mengidentifikasikan diri Anda dengan sesuatu itu. Anda bahkan dapat menyamakan kebahagiaan Anda dengan memiliki benda tersebut. Kalau demikian, Anda pasti sulit memberikan apapun yang Anda miliki karena hal itu bisa berarti kehilangan sebagian kebahagiaan Anda.

Kalau kita pikirkan lebih dalam lagi ketamakan sebenarnya berasal dari pikiran dan paradigma kita yang salah terhadap harta benda. Kita sering menganggap harta kita sebagai milik kita. Pikiran ini salah. Harta kita bukanlah milik kita. Ia hanyalah titipan dan amanah yang suatu ketika harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban kita adalah sejauh mana kita bisa menjaga dan memanfaatkannya.

Peran kita dalam hidup ini hanyalah menjadi media dan perantara. Semuanya adalah milik Tuhan dan suatu ketika akan kembali kepadaNya. Tuhan telah menitipkan banyak hal kepada kita: harta benda, kekayaan, pasangan hidup, anak-anak, dan sebagainya. Tugas kita adalah menjaga amanah ini dengan baik, termasuk meneruskan pada siapa saja yang membutuhkannya.

Paradigma yang terakhir ini akan membuat kita menyikapi masalah secara berbeda. Kalau biasanya Anda merasa terganggu begitu ada orang yang membutuhkan bantuan, sekarang Anda justru merasa bersyukur. Kenapa? Karena Anda melihat hal itu sebagai kesempatan untuk menjadi ''perpanjangan tangan'' Tuhan. Anda tak merasa terganggu karena tahu bahwa tugas Anda hanyalah meneruskan ''titipan'' Tuhan untuk membantu orang yang sedang kesulitan.
Cara berpikir seperti ini akan melahirkan hidup yang berkelimpahruahan dan penuh anugerah bagi kita dan lingkungan sekitar. Hidup seperti ini adalah hidup yang senantiasa bertambah dan tak pernah berkurang. Semua orang akan merasa menang, tak ada yang akan kalah. Alam semesta sebenarnya bekerja dengan konsep ini, semua unsur-unsurnya bersinergi, menghasilkan kemenangan bagi semua pihak.

Tapi, bukankah dalam proses memberi dan menerima ada pihak yang akan bertambah sementara pihak yang lain menjadi berkurang? Kalau Anda berpendapat demikian berarti Anda sudah teracuni konsep Zero Sum Game yang mengatakan kalau ada yang bertambah pasti ada yang berkurang, kalau ada yang untung pasti ada yang rugi, kalau ada yang menang pasti ada yang kalah. Padahal esensi hidup yang sebenarnya adalah menang-menang. Kalau kita memberi kepada orang lain, milik kita sendiri pun akan bertambah.

Bagaimana menjelaskan fenomena ini? Ambilah contoh kasus bapak tua tadi. Kalau ia tetap menahan sepatunya maka tak ada pihak yang dapat memanfaatkan sepatu tersebut. Kondisi ini adalah kalah-kalah (loose-loose). Sebaliknya dengan melemparkannya, sepatu ini akan bermanfaat bagi orang lain. Lalu apakah si bapak tua benar-benar kehilangan? Tidak. Ia memperoleh kenikmatan batin karena dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Betul, secara fisik ia kehilangan tetapi ia mendapatkan gantinya secara spiritual.

Perasaan inilah yang selalu akan Anda dapatkan ketika Anda membantu orang lain: menolong teman yang kesulitan, memberikan uang pada pengemis di jalan, dan sebagainya. Kita kehilangan secara fisik tapi kita mendapatkan ganti yang jauh lebih besar secara spiritual.
Sebagai penutup, ijinkanlah saya menuliskan seuntai puisi dari seorang bijak:

''Engkau tidak pernah memiliki sesuatu
Engkau hanya memegangnya sebentar
Kalau engkau tak dapat melepaskannya, engkau akanterbelenggu olehnya.
Apa saja hartamu,
harta itu harus kau pegang dengantanganmu seperti engkau menggenggam air.
Genggamlah erat-erat dan harta itu lepas.
Akulah itu sebagai milikmu dan engkau mencemarkannya.
Lepaskanlah, dan semua itu menjadi milikmu selama-lamanya''.

--------------------------------------------------------------
KepemimpinanOleh: Arvan Pradiansyah, pengamat kepemimpinan dan SDM, penulis buku You Are A Leader! e-mail: kepemimpinan@republika.co.id faksimile: 021-7983623
--------------------------------------------------------------

Jumat, 21 September 2007

LATIHAN MEMBANGUN CITRA DIRI ANDA SEBAGAI ORANG HEBAT

LATIHAN MEMBANGUN CITRA DIRI ANDA SEBAGAI ORANG HEBAT

Dalam sebuah artikel yang dimuat di majalah Personal Excellence, Marry Kay Ash pendiri perusahaan Mary Kay Cosmetics, menunjukkan beberapa latihan yang dapat Anda lakukan untuk mewujudkan citra diri Anda sebagai orang hebat, dan mulai menciptakan suasana sukses di dalam kehidupan Anda. Simaklah beberapa sarannya berikut ini:

1. Bayangkanlah diri Anda sudah menjadi orang sukses. Teruslah gambarkan diri Anda sebagai sosok yang sukses. Cobalah gambarkan diri Anda sebagai orang sukses yang Anda idamkan. Luangkan sedikit waktu setiap hari untuk menyendiri tanpa diganggu siapapun. Usahakan agar diri Anda merasa nyaman dan santai. Pejamkanlah mata Anda dan konsentrasikan pikiran Anda pada sasaran-sasaran yang hendak Anda capai. Bayangkan diri Anda berada di dalam lingkungan baru itu sebagai seseorang yang cakap dan penuh percaya diri.

2. Renungkan kesuksesan yang Pernah Anda Raih di Masa Lalu. Semua kesuksesan itu, sebesar atau sekecil apapun, membuktikan bahwa Anda sesungguhnya mampu menggapai kesuksesan yang lebih besar lagi. Rayakan semua kesuksesan itu. Anda boleh mengingat-ingat setiap kali rasa percaya diri Anda mulai pudar.

3. Pastikan Sasaran yang Hendak Anda Raih. Anda harus memiliki gambaran yang jelas tentang arah yang akan Anda tempuh. Waspadalah setiap kali Anda mulai melenceng dari tujuan tersebut dan secepat mungkin ambillah langkah-langkah koreksi yang diperlukan.

4. Tunjukkan Respon Positif Pada Kehidupan. Bangunlah citra diri yang positif. Citra diri Anda, reaksi positif yang Anda tujukan pada kehidupan, dan semua keputusan yang Anda ambil sepenuhnya berada di dalam kendali Anda.

KATA-KATA BIJAK

Berhentilah Berusaha menjadi Sempurna, dan mulailah menjadi LUAR BIASA.

Selasa, 18 September 2007

TEMBANG KASIH BUAT PEMBINA

TEMBANG KASIH BUAT PEMBINA
(DARI SEBUAH CATATAN YANG TERCECER…)

Rindu hati ini telah menahan kelopak mataku yang akan terkatup, demi untuk menggoreskan mata pena tuaku yang setia menemani setiap jengkal tanah di persada Alloh ini dalam usahaku menjadi abdi ilahi.

Usiaku telah termakan waktu mengikuti perjalananku sebagai mad’u dalam binaanmu. Setiap kali silih berganti, dating dan pergi, selalu ada wajah baru mengikhlaskan diri berpredikat sebagai pembinaku. Ada perasaan sedih, bak bola aku terlempar kesana kemari, oper kanan dan kiri. Namun nuraniku tergugah untuk menghapus su’udzon itu dan menggantinya dengan cukup mengambila hikmah bahwa dengan begitu aku semakin mengerti sosok pembinaku satu persatu, fikrohnya, akhlaqnya, ghirohnya, dan lain-lainya, yang sempat tertangkap oleh mata zhohirku. Barangkali aku salah, tapi minimal inilah suara madh’u mu.

Duhai, betapa syukur tak pernah henti menyambut kehadiranmu. Apalagi ditengah galaunya kalbuku. Ketika aku masih mencari identitas diri, kau rekuh aku dalam nilai Islam lewat bibir manismu dan kaca mata minus yang setia bertenger diwajahmu menjadi cirri khas pribadimu. Kata-kata perjuangan yang agung, untaian mutiara kalimatulloh membumbung, menggetarkan nadi kehidupanku hingga aku mampu berdiri untuk menatap dunia sekitarku. Sungguh indah kau gambarkan sebuah pohon dihadapanku, sambil mengisyaratkan makna filosofinya.

“… Jadilah seperti pohon yang rindang, akarnya yang kokoh menghujam kebumi pertanda imannya kuat, selalu istiqomah. Daunnya yang lebat dapat dijadikan sebagai tempat berlindung, berteduh tatkala hujan dan panas, menunjukkan tamsil seorang pemimpin yang rakyatnya menarush rasa tsiqoh penuh terhadap kepemimpinannya, karena ia memegang teguh prinsip Islam. Buahnya yang ranum manis dan memiliki warna yang disukai banyak orang pertanda ia berakhlaq mulia, mampu menempatkan diri. Pohonnya yang tegak lurus mengumpamakan ia seorang yang adil, jujur. Cabangnya dan rantingnya yang banyak menunjukkan ia begitu kasih pada saudaranya sehingga membentuk jalinan ukhuwah dimana-mana. Semuanya ini diperoleh dari tanah yang subur dan memiliki zat-zat makanan yang dapat dihisap oleh akarnya tanpa tercemar apapun, inilah rezeki yang halalan thoyiban, pelajaran dan aktivitas yang baik memberikan bekas pada jasmani dan rohani… yang pada akhirnya kita muncul sebagai sosok mulia di sisi Alloh dan dimata sesame. Dan satu hal yang harus diingat bahwa seiring tingginya pohon itu ia pun harus siap diterpa badai. Sebaliknya jangan jadi pohon yang rendah, diinjak-injak orang, bahkaan kejatuhan kotoran hewan yang menjijikkan. Kemana angin bertiup kesana ia ikut dengan kebodohannya. Ke kanan mau, ke kiri pun oke …”

Ah…, betapa cerdasnya pembinaku. Wajar saja kalau teman-teman memanggulkan amanah tertinggi … sebagai Pembina!

Namun apa yang terjadi ketika ghirohku telah kutata, ketika ku ingin mengangkat izzah ummatku, aku dikejutkan oleh berita kisah “cinta segitigamu” diantara sesame Pembina. Hanya isukah ini atau berita yang sebenarnya? Astaghfirulloh… entahlah aku tak tahu lagi. Kemana kaki hendak ku tegakkan? Siapakah tempatku bercermin diri? Aku termangu menatap lesu gedung bisu tempat liqo’ku dengan satu harapan yang begitu lemah… aku tidak boleh bercermin pada masa lalu yang justru akan membuat kabur pandanganku untuk selangkah lebih maju.

Setelah itu masa berganti. Wajah baru pembinaku yang lain muncul dihadapanku…1…2…3… begitulah seterusnya lalu hilang ditelan waktu. Kini ganti lagi. Akupun punya semangat baru. Sosok Pembina yang pintar, enerjik, sering dinilai orang terlalu ekstrim, fanatic, itu bukan masalah buatku. Tegap dan tegar tubuhnya, keluasan dadanya menampung semua problematika yang ada tanpa kenal lelah. Kau ajarkan aku sebuah keindahan perjuangan. Kata demi kata kau rangkai dalam nuansa Islami, kurajut tali kasih demi tegaknya ukhuwah yang mawaddah wa rahmah. Lembaran putihku telah penuh kalimat-kalimat tausiyahmu, betapa semuanya menunjukkan kehanifanmu.

Namun ternyata catatan sejarah terulang lagi. Mataku terbelalak… sedih, benci, takut, kasihan atau bagaimana aku tak dapat melukiskannya, dengan tinta apapun aku tak mampu menuliskan itu semua. Aku tak tahu lagi… merah, kuning, biru, hijau, atau hitam pekatkah? Hatiku luluh, terpuruk dalam kebisuan tatkala sinar mataku menatapmu berdiri dihadapanku bersama sahabat karibku… yang katanya belajar bersama…berdua??? Pulang sekolah berdua juga, tanpa mahrom? Apakah mataku yang salah menatap sehingga perlu kaca pembesar untuk meyakinkan penglihatanku? Tidak cukupkah itu untuk membuat rasa tsiqohku gugur? Apalagi pujian-pujianmu tentangnya, patutkah telingaku mendengarkannya? Atau telingaku yang salah dengar?

Tidak!! Aku harus tinggalkan semua ini. Yah, kutelusuri kembali…sejengkal, dua jengkal belahan bumi ini, Dan aku tinggal sendiri, pergi meneruskan studi yang sempat tertunda, sambil berjuang sendiri menyusun keping-keping yang masih tersisa. Dan ternyata ….Subhanalloh… aku punya adik-adik rohis yang mengembang bak jamur dimusim hujan. Tapi aku memang harus siap dengan konsekuensi yang ada. Aku dianggap ekstrimis, fundamentalis…(huh, biarin aja, asal bukan anarkhis). Aku sadar bahwa setiap gerak-gerikku kamera mereka siap memotretnya. Aku sadar bahwa kaset rekaman mereka telah penuh dengan ucapanku lengkap dengan tanda titik dan komanya. Tapi aku lebih yankin bahwa Allah SWT punya kamera haq dimana tak selembar daun pun akan luput dari lensa-Nya… Alloh teguhkan aku dalam meniti jalan-Mu…

Hari terus bergulir atas izin-Nya… aku semakin merasa bahwa aku tidak bias sendiri dalam menapaki sebuah perjalanan yang tanpa bertabur bunga ini… Ya Alloh temukan aku pada hamba-hamba-Mu yang hanif, yang senantiasa punya ghiroh dan izzah untuk memperjuangkan Addiin-Mu.

Oh Alloh, subhanalloh, betapa airmataku telah bersimbah dalam sujudku yang penuh haru diatas bentangan sajadah ini, ketika KAU pertemukan aku pada Pembina baru yang telah lama kunanti dalam setiap detak waktu. Dulu dalam kesendirianku aku hanya ditemani tumpukan buku-buku berkisah tentang mar’atush sholihah, jundullaoh, qowam yang sholih, ghozwul fikri, dan sederetan judul buku yang bukan asal judul-judulan. Kini aku tidak lagi sekedar baca, baca, dan baca. Tapi aku melihat dengan nyata…sebuah keluarga muslim berkesan teduh yang menyejukkan, kesederhanaanmu telah membuatku tertunduk malu, kegigihan da’wahmu telah melunturkan kesombonganku, tebaran kasih sayangmu pada semua madh’u mengikis egoku hingga tumbuh tsiqohku padamu. Ku pasang kembali semangat 45 ku yang pernah berserakan dulu, kubunuh kefuturanku, kuraih kopelan-kopelan sejarah hidup, kuayun kaki dibawah nilai semesterku sempat di-dec oleh dosenku karena mendukung program-program dakwahmu. Kutata hati ini dalam dzikrulloh. Kuisi shof kosong dialur perjuanganmu. Sungguh! Sungguh banyak kemuliaanmu mengimbas pada diriku, wahai Pembina! Aku telah bertekad berada dibelakangmu mesiki prahara sempat menggoncang keluargaku. Ku ingin bersama dalam jihad fii sabilillah. Allohu Akbar…!!!

Ah…, masa-masa memang tidak selalu manis dan indah, engkaupun akhirnya pergi juga. Aku seakan kehilangan lentera. Satu persatu teman liqo’ku habis. Untunglah telah kau titipkan aku pada Pembina yang lain, (wah, Pembina baru lagi nich, gumamku dalam hati).

Deg! Aku tersentak kaget hingga membuatku benar-benar shock. Bagai anak ayam kehilangan induknya aku serba salah, bingung apa yang mesti diperbuat. Oh pembinaku, bagaimana mungkin aku menghadapimu yang ceplas-ceplosmu sulit ketemukan dalam kamus perliqo’an. Kemana akan kutumpahkan perasaanku yang tak menentu sementara engkau sendiri dalam menyelesaikan masalah temanku kau obok-obok di depan kami. Aku berdiri mematung sambil menutupi sebuah pergolakan jiwa yang menjadikanku bimbang untuk tetap mempertahankan diri dalam liqo atau …? Sungguh sayang, sayang sekali, sampai penghujung pertemuan kita barangkali engkau tidak tahu apa yang tersimpan pada hati setiap madh’umu hingga satu persatu mereka pergi tanpa kumengerti….

Sepeninggalmu aku kembali punya Pembina baru. Ku kira aku akan lebih damai. Semua ini mengantarkanku pada sebuah keberanian. Keberanian memasuki era keterbukaan pada Pembina. Kususun semua kisah sampai ke masalah pribadi segala. Tapi yang didapat justru sebaliknya aku seakan tak lagi punya nilai, aku begitu rendah, sebegitu kotorkah aku dalam pandanganmu? Ataukah ini hanya perasaanku saja? Kau pojokkan aku dalam puing-puing kehancuran yang hamper mati hingga langkah serba salah dimatamu.

Kini tanpa terasa waktupun bergulir, dan aku tidak bias mengelak dari apa yang disebut Pembina, sebab aku tidak mungkin melepaskan diri dari mereka. Dan sekarang akupun ditemukan lagi pada Pembina. Sejak saat ini aku mungkin tidak lagi bicara. Pergantian Pembina yang satu ke Pembina yang lain telah begitu banyak memberikan ibroh buatku. Bagaimanapun Pembina adalah para rijalud da’wah. Pembina adalah para manusia yang berada di salah satu titik dari sekian titik yang menghubungkan garis da’wah. Pembina adalah manusia biasa dengan segala sifat manusiawinya. Karena itu dibalik aibnya, tentulah ada kemuliannya. Disamping kekurangannya terselip kelebihannya, dan itulah nasehat berguna yang senantiasa kucamkan dalam hati. Aku tidak lagi memandang pembinaku sebagai makhluk super yang tidak pernah marah, yang tidak pernah mengghibah, selalu tampil bersahaj, ramah dan sopan dalam bertutur sapa, yang ghodul bashornya kuat, ibadahnya banyak, taat, khusyu’ dan tawadhu’, penampilan diri dan rumah selalu rapi, tidak ekslusif dalam bergaul dengan tetangga, mencintai lingkungan dari bunga-bunga sampai apotik hidup, anak-anak dan keluarga yang terbina dengan baik, dan sebagainya hayalan yang indah-indah. Aku tidak ingin lagi memandang Pembina seperti memandang bintang di langit hingga lupa rumput di bumi.

Dalam perenunganku yang cukup dalam, terkembanglah senyumku penuh arti. Engkau, aku dan kita semua adalah manusia, sesuai fithrohnya terkadang lengah dan khilaf. Dan kini aku belajar dan terus belajar untuk memahamimu apa adanya tanpa mengurangi rasa tsiqohku padamu. Kalau engkau bias memahamiku, kalau orang lain bias memahamiku, kenapa aku tidak?

Pembinaku, inilah catatan-catatanku yang tercecer, pengisi kisi-kisi hatiku yang berdebu. Tidak terlintas sedikitpun untuk menyepelekan keilmuan dan kepribadianmu, tiada maksud untuk membandingkanmu antar Pembina-pembina yang masuk dalam catatan sanubariku. Justru dari keterceceran semua catatan ini mneyadarkan aku untuk membuka kembali kekeliruanku dalam memandang seorang Pembina. Toh siapa tahu nanti giliranku akan menjadi Pembina, setahun, dua tahun, atau entah tahun kapan yang akan datang, sanggupkah aku mengemban amanah mulia ini? Aku tidak pernah tahu untuk menjawabnya. Profilmu merupakan pelajaran berharga bagiku, permata hati yang sulit terlupakan. Maka dalam kangenku padamu kutuliskan bait terindah dan kulantunkan tembang kasih untukmu…maafkan aku.

Mari, kusambut da’wahmu untuk mengishlah detik-detik kehidupanku, agar aku tidak pernah lupa menanam keikhlasan, meluaskan cakrawala, memupuk kesabaran, untuk meluruskan barisan ini hingga ia menjadi kokoh dan dapat melangkah bersama menyatukan hati dalam mencapai mardhotillah… Insya Alloh.

Dan … salam kasihku selalu buatmu Pembina yang bertebaran di belahan bumi manapun. Syukron atas semuanya. Semoga Alloh menerimanya sebagai catatan amal sholih yang berlimpah. Aamiin..

-------------------------------------------------------------
By : NS (Nurhayati –Baturaja –Sumsel)
Untuk orang-orang yang selalu ku kenang, selamat berjuang…!
Baturaja, 27 Februari 1999

Senin, 17 September 2007

Gagal - Siapa Takut...?

GAGAL - SIAPA TAKUT *)


Banyak buku di toko buku yang mengupas kesuksesan. Bagaimana cara sukses, cara mencapai, dan lain-lain. Setahu saya, tidak banyak buku yang membahas “kegagalan”. Saya kira penyebab kegagalan tidak dibahas dengan panjang lebar adalah masyarakat dididik supaya menghindari kegagalan. Kita memandang rendah orang yang gagal. Memandang dengan sebelah mata kepada “mereka yang terpuruk”. Gagal dianggap sebagai pantangan. Mengukur orang menurut “prestasi”. Menilai tinggi “kesuksesan” tetapi menilai sedikit atau bahkan tidak sama sekali terhadap “kegagalan”.

Benarkah sedikit atau tidak ada nilai pada kegagalan? Mengapa dalam hidup semua tokoh besar yang saya baca, semakin banyak kegagalan yang mereka alami semakin hebat mereka sesudahnya.

Saya berani berkata bahwa kegagalan besar sebenarnya menghasilkan tokoh-tokoh besar. Begitu sedikit sekali jumlahnya, kalaupun ada, tokoh-tokoh besar yang tidak pernah mengalami kesulitan dan kegagalan dalam hidup.

Malahan, kegagalan menghasilkan sebegitu banyak tokoh besar sehingga saya berani berkata “nilai” kegagalan lebih besar daripada “nilai” kesuksesan. Tetapi aduhai! Kebanyakan orang tidak memandang begitu – kita hanya berpikir untuk menang dan menang sepanjang masa. Corak pemikiran seperti ini tersirat dalam ungkapan yang dibuat pembicara ulung Amerika Vincent Lombardi, yang berbunyi:

“Menang itu bukan perkara yang jarang terjadi, tetapi perkara yang setiap hari dihadapi.”

Saya tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan Lombardi, karena saya tahu apa yang sebenarnya beliau maksudkan tetapi kadangkala orang menafsirkan kenyataan terlalu harfiah. Saya memang percaya bahwa kenyataan itu sepatutnya berbunyi:


“Menang kalah itu bukan perkara jarang terjadi,
tetapi perkara yang setiap hari dihadapi”.



Pentingnya “menang” terlalu diperbesar-besarkan sehingga lupa bahwa sebenarnya dengan “Kegagalan” kita akhirnya menjadi pemenang yang lebih unggul.

Mengagung-agungkan “kemenangan” atau “kesuksesan” saja sangat berbahaya karena banyak yang telah mencoba dan gagal merasa kecewa. Karena “gagal”, maka mereka lalu tunduk kepada “kegagalan” dan seterusnya tidak bersemangat untuk bangkit lagi.

Kita mungkin pernah membaca mengenai banyak orang yang bunuh diri setelah mengalami kegagalan besar. Para pengusaha muda yang berani mencoba tetapi gagal sering kali putus asa dan mengucilkan diri lalu dilupakan orang. Bukannya mereka tidak berupaya menangani “kegagalan” tetapi aib yang mengiringi kegagalan terlalu membebani jiwa dan apabila masyarakat tidak mendukung, tidak ada jalan lain lagi kecuali “tenggelam” saja.

Kita juga sering kali mendengar kata-kata:



“Berikan saya 10 orang kalah yang tidak sportif, dan saya akan kembalikan kepada anda 10 pemenang”


Menurut hemat saya Anda akan mendapatkan kembali 10 pemenang yang tidak baik – bukan pemenang yang sejati!

Sedikit sekali masa lalu saya bernasib baik atau mungkin bernasib tidak baik dapat menonton pertandingan tenis – belum pernah saya menyaksikan perangai buruk orang yang benci kekalahan seburuk itu sebelumnya. Masih banyak orang yang benci kekalahan dan mereka tampaknya seperti terlepas dari hukuman dengan segala keluhan yang mereka sampaikan. Jika gagal, Anda mengeluarkan makian dan sumpah serapah, maka Anda mempunyai potensi untuk menjadi orang sukses. Saya pikir mereke akan menjadi “pemenang yang tidak baik”, bukan “pemenang sejati”. Saya percaya bahwa orang yang sukses sejati masih belum ada – yang memahami apa sebenarnya arti “gagal!”. Hemat saya kata-kata itu sepatutnya berbunyi:



Berikan saya 10 orang gagal yang memahami apa artinya kalah dan
saya akan kembalikan kepada Anda 10 orang sukses sejati”


Mungkin ini terjadi akibat salah paham tentang apa artinya kesuksesan.
Banyak orang cenderung mengaitkan “prestasi” dengan “kesuksesan” dan “ketiadaan prestasi” dengan “Kegagalan.
Jika Anda mendapat seonggok “emas”, maka Anda “orang yang sukses”. Jika tidak, Anda “orang yang gagal”.
Jika Anda telah memperoleh selembar ijasah, maka Anda “orang yang sukses”. Jika tidak, Anda “orang yang gagal”.
Jika Anda telah menyetujui transaksi, maka Anda “orang yang sukses”. Jika tidak, Anda “orang yang gagal”.
Jika Anda telah mendapatkan “kontrak kerja”, maka Anda “orang yang sukses”. Jika tidak, Anda “orang yang gagal.”
Jika Anda telah memikat hati wanita yang Anda cintai, Anda “orang yang sukses”. Jika tidak, Anda “orang yang gagal”.

Sedikit orang menafsirkan “kesuksesan” sebagai perjalanan sehari-hari yang terus maju secara bertahap menuju tujuan bermanfaat yang telah ditetapkan. Bagi saya itu adalah definisi paling pas terhadap istilah “kesuksesan”. Tetapi apa yang saya ingin kemukakan disini ialah bagian “kegagalan” pada perjalanan hidup. Apakah bagian ini benar-benar seburuk itu?
Dalam perjalanan mengarungi hidup, kita senantiasa mengaitkan “cahaya matahari” dengan “sesuatu yang baik” – yaitu kesuksesan, dan “hujan” sebagai “sesuatu yang buruk” – yaitu kegagalan. Kebanyakan kita tidak suka “hujan”, tetapi lebih suka “cahaya matahari”. Kita lebih suka “sukses” daripada “gagal”

Tetapi apakah “sukses” itu benar-benar begitu baik? Atau apakah “gagal” itu benar-benar begitu “buruk”? Apakah “sukses” itu benar-benar begitu baik?, sehingga “gagal” patut ditakuti?

Apa yang akan terjadi jika kita dijemur cahaya matahari tiap hari? Kita akan terbakar sinar matahari atau mungkin kanker kulit! Apa yang terjadi jika kita terkena hujan setiap hari? Kita akan menderita pneumonia, mungkin mati kedinginan. Tampaknya keduanya tidak akan menyelesaikan masalah. Tetapi kita tahu keduanya memang mendatangkan faedah.

Seperti kata orang bijak,
“Musim panas menyenangkan, hujan menyegarkan, angin menguatkan, salju menggembirakan; yang dikatakan cuaca buruk sebenarnya tidak ada, yang ada hanya cuaca baik yang berbeda saja.” “Sesuatu yang buruk senatiasa melahirkan sesuatu yang baik.”

PRODUK YANG GAGAL!


“Post-it” 3M adalah jenis perekat yang gagal pengujian standar 3M – yaitu pelekat yang tidak melekat dengan baik. Menjelang tahu 1984 telah menjadi produk baru paling sukses dalam sejarah 3M dan satu dari lima produk dalam industri peralatan kantor dengan omset melebihi US$ 100 juta setahun. Rupanya kegagalan bukan sesuatu yang buruk!

Kita juga mendengar banyak ungkapan tentang kesuksesan yang rasanya seperti sesuatu yang sukar dipahami.

“Kesuksesan itu suatu perjalanan, bukan tempat tujuan – separuh dari kesenangan terdapat ditengah perjalanan menuju kesana”.
Gita Bellin

“Ada baiknya kita memberikan imbalan jerih payah setelah perjalanan usai, tetapi yang lebih penting adalah perjalanan itu sendiri”.
Maula Le Guin

“Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Usaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki”.
Mahatma Gandhi

Dimanakan sebenarnya letak “Kesuksesan” yang benar? Baiklah, kita semua pernah melihat pelangi. Anda pasti setuju dengan saya bahwa pelangi salah satu pemandangan terindah didunia. Bagaimana terjadi? Pelangi hanya terjadi bila ada gabungan antara hujan dan cahaya matahari. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, pelangi akan hilang dari pandangan. Hujan dan cahaya matahari diperlukan untuk menghasilkan pelangi, dan seperti kata peribahasa Inggris, “Nan jauh di ujung pelangi terletak gumpalan emas bagimu”. Benar sekali kata-kata itu. Kita memerlukan kombinasi “kesuksesan” dan “kegagalan” untuk menemukan “pelangi”. Menurut pendapat saya, upaya menggapai pelangi dalam perjalanan adalah kesuksesan yang sebenarnya. Siapa saja yang dapat memahami hakikat ini akan mendapatkan “gumpalan emas” yang ia inginkan.

Mari kita ambil contoh Mahatma Gandhi, yang bergelar “Bapak India”. Beliau tidak mendapat apa-apa diakhir hayatnya, padahal ketika itu beliau menginginkan sedikit kekayaan harta benda- apakah beliau berupaya mendapatkannya? Sudah tentu! Orang seperti ini adalah diantara mereka yang telah mendapatkan “pelangi”. Orang yang mempunyai kekayaan materi, belum tentu mendapatkan “pelangi”. Tetapi bagi mereka yang telah mendapatkan pelangi sudah pasti mempunyai kekayaan materi, jika ia mau.


“Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Usaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki”.
Mahatma Gandhi

Dijuluki sebagai “ Bapak India”, beliau adalah pendukung prinsip menentang tanpa kekerasan. Beliau menjadi pemimpin Partai Kongres India dan mencapai kemerdekaan India dengan menentang penjajah Inggris. Ia meninggal dunia dan menganggap dia gagal, karena pesan melawan penjajah dengan tanpa kekerasan tidak diindahkan.


Saya menyadari bahwa gagal merupakan sebagian dari proses pertumbuhan dan perkembangan. Kegagalan boleh dikatakan hampir sama dengan proses “kematangan”. Banyak orang tidak memahami, takut-menakuti, atau membencinya. Tetapi sejak lahir kita menjalani proses “gagal” yang mengiringi proses perkembangan kita. Sel-sel kita yang tua mati dan diganti dengan sel-sel baru. Ini merupakan satu proses pembaruan yang berkelanjutan. Apabila sebatang pohon tua mati, sel-selnya hancur menjadi unsur-unsur yang menjadi zat makanan bagi benih baru yang akan membesar menjadi sebatang pohon baru.

Sel-sel kita tidak boleh berkembang biak dan terus membiak tanpa mati. Jika sekelompok sel mempunyai proses demikian, membiak dengan leluasa melewati batasan kadar dan keseimbangan serta merebut zat makanan dari sel-sel asing, dalam istilah kedokteran disebut KANKER!

Sepertinya ada proses “sukses yang terselubung” dalam badan kita, begitu juga ada proses “gagal”. Tidak ada yang harus ditakuti karena segala-galanya merupakan bagian pertumbuhan dan perkembangan. Ingat, seekor ular tidak akan terus membesar jika kulit lamanya tidak lepas. Bukan lampu lalu lintas hijau saja yang baik untuk kita. Kita juga memerlukan lampu lalu-lintas merah, supaya kita berhenti sejenak, melihat dan meneruskan perjalanan!

“Menurut pandangan saya, jika Anda menginginkan pelangi, Anda harus dapat tahan dengan hujan”.
Dolly Parton-Penyanyi

“Cahaya Matahari” saja tidak akan membuat hidup bahagia. “dalam hidup setiap orang, sedikit hujan pasti turun”. Betapa wajar sekali pepatah bijaksana ini – tidak menyebut “mungkin turun” tetapi “Pasti turun”.
*) Isi tulisan ini aku ambil dari buku Berani Gagal karya Bill P.S Lim Bab 5, Bab-bab lain dalam buku ini bagus buat Anda untuk dibaca. Jika Anda penasaran untuk membacanya, silahkan Anda beli bukunya di toko-toko buku terdekat....!

ACTION PRINCIPLES # 1 SET GOALS – TENTUKAN TUJUAN

PRAKATA....!!

Aku persembahkan tulisan ini sebagai uraian dari buku “100 Action Priciples by Bill FitzPatrick” untuk Anda semua yang ingin meretas sebuah jalan menuju sebuah Kesuksesan. Aku ingin berbagi kesuksesan sesuai dengan apa yang aku alami dalam perjalananku yang panjang sampai sekarang dalam sebuah komunitas yang LUAR BIASA. Komunitas yang mendidik dan membina aku selama bertahun-tahun, dari seorang yang biasa menjadi seorang yang mampu berkarya untuk mendatangkan manfaat bagi semua orang, bagi bangsa ini dan juga negara ini.

Terima kasih para pembina “Partai Keadilan Sejahtera”, yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dari awal tahun 1990 saat awal masuk kampus STAN (sebelum menjadi sebuah partai) telah membina Aku dalam forum Tarbiyah. Disinilah aku menemukan sebuah Keteladanan yang sebenarnya, keikhlasan tanpa pamrih, dan pengorbanan yang luar biasa dari para pembina sehingga aku menemukan jati diriku sekarang ini sebagai sebuah PERMATA YANG BERHARGA dan TUNAS yang akan tumbuh dan terus tumbuh dimanapun dan kapanpun tanpa mengenal musim. Aku akan tetap bersama Partai Keadilan Sejahtera selamanya sampai aku melihat Negera Indonesia ini menjadi Negara Yang Besar, Bebas Korupsi, Disegani oleh Negara Lain.

Akupun menyadari bahwa saat Partai ini menjadi besar, maka ibarat pohon pastilah ada daun yang kering, dan ada ranting yang patah. Sehingga jikalau Anda melihat ada kader partai ini yang terjatuh dalam korupsi atau berguguran karena tak mampu menahan fitnah dunia, maka yakinlah masih banyak daun muda yang terus bersemi disetiap ranting dan cabang bahkan batang. Akan banyak kader-kader muda yang terus bermunculan dan tumbuh DIBANYAK DAERAH menjadi kader yang LEBIH BAIK dan LEBIH TANGGUH untuk menjadikan NEGARA INDONESIA YANG BESAR, BERSIH DAN BERWIBAWA.... Ayo bergabunglah bersama kami untuk cita-cita yang mulia ini.... Partai Keadilan Sejahtera............

SETYADI, SE

ACTION PRINCIPLES # 1 SET GOALS – TENTUKAN TUJUAN

Set Goals

Unless you shape your life, circumstances will shape it for you. You have to work, sacrifice, invest, and persist to get the results you want. Choose them well. You can’t start your planning until you know where you want to go.

You are the sculptor of your own image. Have others already done what you want to do? Study them and do what they did. Start anywhere, at anytime, and persist. Stop worrying what others think about what you can or can’t do. Believe in yourself and your abilities. Have the self-confidence to challenge your current situation. This is your life to live; it’s day by day and step by step.

Write down your goals. Only three percent of people have written goals and only one percent review those written goals daily. Be in that elite one percent. Visualize the attainment of your goals often. Goals are dreams with dates attached. You will only become as great and as happy as the goals you choose.

Tentukan Tujuan

Jika anda tidak membentuk hidup anda, maka keadaan yang akan membentuknya. Anda harus bekerja, berkorban, berinvestasi dan tekun untuk mendapatkan hasil-hasil yang anda inginkan. Pilihlah dengan hati-hati hasil yang anda inginkan. Anda tidak bisa memulai rencana anda sampai anda tahu kemana anda ingin pergi.Anda adalah pemahat bayangan masa depan anda sendiri. Sudahkah orang lain melakukan sesuatu yang ingin anda lakukan? Pelajari mereka dan kerjakan apa yang telah mereka kerjakan. Mulai dari mana saja, kapan saja dan tekunlah melakukannya. Jangan khawatirkan pikiran orang lain tentang apa yang bisa dan tidak bisa anda lakukan. Percayalah pada diri anda sendiri dan kemampuan anda. Hadapi situasi yang ada dengan kepercayaan diri. Hidup adalah milik anda untuk anda jalani; hari demi hari, tahap demi tahap.Tulislah tujuan-tujuan anda. Hanya tiga persen orang yang menuliskan tujuan-tujuannya dan hanya satu persen yang mengkaji ulang tujuan-tujuan tertulis tersebut setiap hari. Beradalah diantara kelompok elit yang berjumlah satu persen tersebut. Visualisasikan pencapaian tujuan-tujuan anda sesering mungkin. Tujuan adalah mimpi yang dilengkapi dengan tanggal. Anda hanya akan menjadi sebesar dan sebahagia tujuan yang anda pilih.

DESKRIPSI

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Al-Qur’an 23:15)

Tidaklah AKU (ALLAH) ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-KU... (Adz-Dzariyat 56)

Apa jadinya, jika anda tak punya tujuan dalam hidup ini. Sebagai ilustrasi saat Anda turun dari pesawat disebuah bandara, kemudian Anda masuk taksi dan ditanya oleh sang sopir, “Mau kemana...”. Apakah Anda akan menjawah “terserah pak sopir...” Kira-kira apa reaksi pak sopir mendengar jawaban Anda? Bingung atau bahkan anda langsung disuruh turun, diomelin, dikira tidak waras.....

Begitulah, di bandara kehidupan manapun Anda dilahirkan, Anda harus punya tujuan. Cobalah dan praktekkan apa yang telah aku lakukan sehingga aku mendapatkan sesuatu yang BESAR saat sekarang ini. Praktekkan saja dan tidak perlu banyak pertanyaan, apalagi diperdebatkan. Ambil pensil atau bolpoint dan secarik kertas. Biarkan tangan Anda menuliskan secara dinamis semua keinginan Anda dari sekarang sampai dua puluh tahun akan datang atau lebih bahkan kalau mampu sampai saat kematian Anda. Mungkin Anda akan bisa menulis lebih dari SERATUS daftar keinginan. Ingat... tuliskan juga yang BESAR dan POSITIF diantara seratus daftar tersebut sebagai sebuah PUNCAK KESUKSESAN Anda. Sebagai misal “Tahun 2030 dengan ijin dan pertolongan Allah, aku sudah berpenghasilan 1 Milyar perbulan atau BAHKAN LEBIH”. Jika ini yang ditulis, maka tuliskan pula apa yang akan Anda perbuat pada tahun 2030 dengan penghasilan sebesar itu... Misal “Tahun 2030 aku akan menyantuni 1000 anak yatim dan memberi makan 1000 orang miskin...”. Kenapa...? Wajar Anda mendapatkan penghasilan sebesar itu, karena anda juga sudah menentukan PERUNTUKANNYA.

Sebagai ilustrasi, jika anak Anda meminta uang pada Anda “Pak/Bu.... saya minta uang satu juta”.
Kemudian Anda bertanya ‘Untuk apa nak...?’
Seandainya jawaban anak Anda adalah ‘Pokoknya saya minta satu juta.... titik’
Kira-kira Anda mau memberi apa tidak... Pasti Anda tidak akan memberi.
Tapi kalau Anak Anda menjawab “500 rb untuk bayar kuliah semester ini, 300 rb untuk beli buku, 200 rb untuk uang saku ...” Tentulah Anda akan berpikir untuk memberi apa yang anak Anda minta.

Seperti itulah ilustrasinya kalau semua yang Anda tulis sebagai sarana untuk meminta pada sang Maha Kuasa dalam setiap doa yang Anda lantunkan. “Ya Allah, aku telah menulis semua keinginanku, maka berilah aku yang lebih baik dari apa yang telah aku tulis ini....” Maka YAKINLAH, Allah Yang Maha Kuasa mampu memberi dan mengabulkan doa Anda dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang Anda minta dan dari apa yang Anda tulis.

Ingat hidup adalah pilihan. Maka pilih masa depan anda dengan cara menuliskan semua keinginan Anda. Setelah anda tulis, kemudia kelompokkan untuk memudahkan dalam evaluasi harian dan pekanan. Beri waktu atau tahun pencapaiannya, dan buat dalam sebuah bingkai pigura yang bisa Anda pasang dikamar atau sebuah ruang piihan di rumah Anda yang mudah dilihat. Baca berulang-ulang tulisan anda setiap hari.... Dan bayangkan saat anda mencapai itu semua. Berbahagialah selalu....

Jangan jadikan dalil bahwa rizqi, hidup dan mati sudah ditentukan oleh sang Kuasa sebagai alasan untuk tidak membuat sebuah perencanaan hidup untuk masa depan Anda. Apakah Anda tahu rizqi Anda akan datang, tidak usah jauh-jauh, Apakah Anda tahu rizqi Anda hari ini. Maka karena Anda tidak tahu semua itu. Persiapkan semuanya dengan membuat perencanaan hidup sebelum bekerja. Karena ini adalah tindakan yang paling bijak.
Diperusahaan manapun agar menjadi besar pastilah ada tim ahli yang menyusun perencanaan untuk masa depan perusahaannya. Dan air yang mengalir agar lebih bermanfaat, pastilah akan dibuatkan sebuah pematang irigasi untuk mengairi petak-petak sawah para petani, yang itu juga sebelumnya dibuat rencananya. Dan semua bangunan besar didunia ini sebelumnya adalah impian yang dituangkan dalam sebuah perencanaan dan yang penting berani dilaksanakan. Anggaplah rencana dan keinginan yang Anda tulis sebagai sebuah perencanaan strategis di sebuah perusahaan besar.

Sebuah bangunan yang besar pastilah ada seorang arsitek yang membuat desain bangunan sebelum semuanya dimulai. Dan bahkan ada seorang teknik sipil yang menghitung detil nilai bangunan tersebut. Ingat... Allah Sang Pencipta juga telah menuliskan semua hal, baik besar maupun kecil sebelum alam semesta ini diciptakan. Selamat mencoba....!!!